UNRWA peringatkan adanya upaya kampanye membubarkan badan tersebut
6 Maret 2024 13:17 WIB
Philippe Lazzarini, Komisaris Jenderal Badan Bantuan dan Pekerjaan PBB (UNRWA) untuk Pengungsi Palestina di Timur Dekat, memberikan penjelasan singkat pada pertemuan informal Majelis Umum mengenai UNRWA di markas besar PBB di New York, pada 4 Maret 2024. ANTARA/Evan Schneider/Foto PBB/Handout via Xinhua.
PBB (ANTARA) - Philippe Lazzarini, Komisaris Jenderal Badan Bantuan dan Pekerjaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk Pengungsi Palestina di Timur Dekat (UNRWA), pada Senin (4/3) memperingatkan tentang adanya upaya untuk membubarkan badan tersebut.
Lazzarini menyatakan kekhawatirannya di Majelis Umum PBB tentang "kampanye yang disengaja dan terkoordinasi" yang bertujuan untuk menghentikan aktivitas badan tersebut, di tengah tuduhan Israel bahwa badan tersebut menyembunyikan lebih dari 450 "agen militer" dari Hamas dan kelompok bersenjata lainnya.
"UNRWA sedang menghadapi kampanye yang disengaja dan terkoordinasi untuk melemahkan dan pada akhirnya mengakhiri operasinya," kata Lazzarini.
UNRWA, yang sangat penting bagi bantuan kemanusiaan di Gaza, "beroperasi secara terbatas" setelah penghentian pendanaan yang signifikan, yang dipicu oleh tuduhan Israel bahwa 12 staf UNRWA terlibat dalam serangan Hamas, kata kepala UNRWA itu.
Lazzarini memperingatkan media pada hari yang sama bahwa "hal yang lebih buruk masih dapat terjadi" bagi UNRWA dan para penerima manfaatnya.
"Kita berada dalam situasi di mana ada keputusan politik untuk menghapuskan UNRWA," ujarnya, mengutip pengumuman Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu yang menyatakan bahwa "tidak ada tempat" bagi UNRWA di Gaza, serta berbagai upaya untuk memblokir dan mengusir staf UNRWA dari kompleks mereka "dengan tujuan untuk membubarkan badan tersebut."
Lazzarini mengonfirmasi bahwa sebuah laporan UNRWA yang belum dipublikasikan akan mendokumentasikan pengalaman mereka yang dibebaskan dari tahanan Israel sejak Oktober tahun lalu, termasuk para staf UNRWA, yang "mengalami trauma" akibat "pengalaman buruk" itu.
"Ini meliputi berbagai macam perlakuan buruk, dan kami mendengar berbagai cerita tentang orang-orang yang direndahkan secara sistematis, dipaksa untuk telanjang, menjadi sasaran pelecehan verbal dan psikologis," ujarnya, memberikan informasi tentang temuan dalam laporan tersebut.
Lazzarini menyatakan kekhawatirannya di Majelis Umum PBB tentang "kampanye yang disengaja dan terkoordinasi" yang bertujuan untuk menghentikan aktivitas badan tersebut, di tengah tuduhan Israel bahwa badan tersebut menyembunyikan lebih dari 450 "agen militer" dari Hamas dan kelompok bersenjata lainnya.
"UNRWA sedang menghadapi kampanye yang disengaja dan terkoordinasi untuk melemahkan dan pada akhirnya mengakhiri operasinya," kata Lazzarini.
UNRWA, yang sangat penting bagi bantuan kemanusiaan di Gaza, "beroperasi secara terbatas" setelah penghentian pendanaan yang signifikan, yang dipicu oleh tuduhan Israel bahwa 12 staf UNRWA terlibat dalam serangan Hamas, kata kepala UNRWA itu.
Lazzarini memperingatkan media pada hari yang sama bahwa "hal yang lebih buruk masih dapat terjadi" bagi UNRWA dan para penerima manfaatnya.
"Kita berada dalam situasi di mana ada keputusan politik untuk menghapuskan UNRWA," ujarnya, mengutip pengumuman Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu yang menyatakan bahwa "tidak ada tempat" bagi UNRWA di Gaza, serta berbagai upaya untuk memblokir dan mengusir staf UNRWA dari kompleks mereka "dengan tujuan untuk membubarkan badan tersebut."
Lazzarini mengonfirmasi bahwa sebuah laporan UNRWA yang belum dipublikasikan akan mendokumentasikan pengalaman mereka yang dibebaskan dari tahanan Israel sejak Oktober tahun lalu, termasuk para staf UNRWA, yang "mengalami trauma" akibat "pengalaman buruk" itu.
"Ini meliputi berbagai macam perlakuan buruk, dan kami mendengar berbagai cerita tentang orang-orang yang direndahkan secara sistematis, dipaksa untuk telanjang, menjadi sasaran pelecehan verbal dan psikologis," ujarnya, memberikan informasi tentang temuan dalam laporan tersebut.
Pewarta: Xinhua
Editor: M Razi Rahman
Copyright © ANTARA 2024
Tags: