Nusa Dua, Bali (ANTARA News) - Inisiatif Indonesia tentang sawit dan produk-produk lain berfokus pada pembangunan berkelanjutan berhasil mendapat dukungan konsensus anggota APEC. Semula tentang komoditas perkebunan ini sempat terhambat dalam mendapat kesepakatan di forum APEC.

Hal ini jadi "kejutan" tersendiri dalam seri persidangan di tingkat menteri pada putaran KTT APEC 2013, di Nusa Dua, Bali, 1-8 Oktober ini.


Sebelumnya, Indonesia ingin memasukkan CPO ke dalam Environmental Goods (EG) List", namun karena tidak disetujui dan waktu yang tidak memungkinkan untuk bernegoisasi, maka Indonesia mengusulkan inisiatif baru guna memperjuangkan CPO.

Inisiatif itu dituangkan dalam dokumen Promoting Products with Contribute to Sustainable and Inclusive Growth through Rural Developmnet and Poverty Alleviation.

"Ini diterima karena lebih konseptual, mencakup empat parameter penting, yakni keberlanjutan, iklusivitas, pembangunan pedesaan, dan pembangunan pedesaan, serta pengentasan kemiskinan," kata Menteri Perdagangan, Gita Wirjawan, di Nusa Dua, Bali, Minggu.

Negara-negara yang menjadi kosponsor prakarsa tersebut adalah China dan Papua Nugini, sementara Peru dan Malaysia menyatakan siap menjadi kosponsor tahun depan.

Setelah ini, acuan akan disusun sebagai kajian oleh Policy Support APEC yang hasilnya akan menjadi bahan penyusunan modalitas penurunan tarif mulai 2015.

"Diharapkan tarifnya akan bisa menyentuh hingga lima persen," katanya.

Prakarsa tersebut dikembangkan secara paralel dengan komitmen 54 produk EG List, pada 2012 berupa penurunan tarif menjadi maksimal lima persen mulai 2015.