Kupang (ANTARA) - Satuan Komando Penanganan Darurat Bencana (SKPDB) Kabupaten Lembata, Nusa Tenggara Timur (NTT), telah mengaktifkan keberadaan 17 Pos Khusus dalam masa siaga bencana erupsi Gunung Ile Lewotolok.

"Jadi 17 Pos Khusus itu sudah diaktifkan, mereka sudah tahu harus melakukan apa," kata Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Lembata, Andris Koban ketika dihubungi dari Kupang, Jumat.

Sebanyak 17 Pos Khusus berada pada beberapa Organisasi Perangkat Daerah (OPD) di lingkup Pemerintahan Kabupaten (Pemkab) Lembata, diantaranya berada di Dinas Kesehatan (Dinkes) yang fokus menangani masalah kesehatan.

Lalu ada pula Dinas Lingkungan Hidup yang mengurus ketersediaan air bersih, serta Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) yang mengambil peran dalam pencarian dan pertolongan kepada masyarakat.

Baca juga: BPBD Lembata aktifkan posko siaga darurat bencana gunung api

Andris mengatakan 17 Pos Khusus itu telah melakukan berbagai persiapan untuk menjalankan tugas sesuai yang tertuang dalam rencana kontigensi bencana Gunung Ile Lewotolok yang telah dibuat.

"Semua bekerja sesuai dengan tugas yang telah ditetapkan, kita tetap siaga," ujarnya.

Andris menjelaskan Gunung Ile Lewotolok masih mengalami erupsi baik terlihat dari lontaran abu maupun aliran lava sebagaimana informasi yang diperoleh dari Pos Pengamatan Gunung Api Ile Lewotolok.

Ia meminta masyarakat tetap mengikuti arahan dan komando dari kepala desa, khususnya bagi Desa Jontona dan Desa Todanara.

Pihaknya pun terus memantau perkembangan terkini dan siap mengambil langkah yang cepat dan tepat untuk penanganan bencana erupsi ini.

Baca juga: Peran pengamat gunung api Lembata NTT di tengah ancaman erupsi

"Masih dalam pantauan, terkendali. Rantai komando juga aktif sehingga semua sudah mulai bekerja sesuai tugas masing-masing dalam situasi siaga ini," ucap Andris.

Berdasarkan laporan Pos Pengamatan Gunung Api Ile Lewotolok, erupsi terakhir terjadi pada pukul 13.13 WITA dengan ketinggian kolom abu teramati lebih kurang 900 meter di atas puncak. Kolom abu teramati berwarna kelabu dengan intensitas tebal condong ke arah timur.

Erupsi itu terekam dengan amplitudo maksimum 33,7 mm dan durasi lebih kurang satu menit.

"Untuk menghindari gangguan pernapasan karena abu vulkanik, maka masyarakat di sekitar gunung dapat menggunakan masker dan pelindung mata serta kulit," kata Pengamat Gunung Api Ile Lewotolok Stanis Ara Kian dalam laporannya yang diterima di Kupang.

Baca juga: PVMBG sebut erupsi kembali terjadi di puncak Gunung Ile Lewotolok