Jakarta (ANTARA) - Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar AS pada Jumat ditutup naik dipengaruhi data inflasi Indeks Harga Pengeluaran Konsumsi Pribadi (PCE) Amerika Serikat (AS) yang menurun.


Pada akhir perdagangan Jumat, rupiah menguat 15 poin atau 0,10 persen menjadi Rp15.704 per dolar AS dari sebelumnya Rp15.719 per dolar AS.

"Inflasi AS yang menurun, mengonfirmasi peluang pemangkasan suku bunga The Fed di semester kedua tahun ini. Jadi mungkin ekspektasi pasar ini bisa menahan penguatan dolar AS," kata pengamat pasar uang Ariston Tjendra kepada ANTARA di Jakarta, Jumat.

Ariston mengatakan Indeks Harga PCE inti AS Januari 2024 dirilis sebesar 2,8 persen secara year on year (yoy), lebih rendah dari bulan sebelumnya sebesar 2,9 persen. Selain itu, data PMI manufaktur China yang dirilis hari ini masih menunjukkan level kontraksi di 49,1. Itu menunjukkan belum ada pemulihan berarti pada sektor manufaktur China yang menjadi penggerak perekonomian negara-negara mitra dagang China seperti Indonesia dan bisa memberikan sentimen negatif ke rupiah. Di sisi lain, isu kenaikan harga pangan masih bisa memberikan sentimen negatif ke rupiah. Naiknya inflasi akibat hal ini bisa menurunkan daya beli masyarakat dan mengganggu pertumbuhan ekonomi.
Kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia pada Jumat meningkat ke level Rp15.696 per dolar AS dari sebelumnya Rp15.715 per dolar AS.

Baca juga: BI: "Proof of concept' rupiah digital dalam proses 'conceptual design'