Denpasar (ANTARA) - Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan angka inflasi Bali pada Februari 2024 mencapai 0,61 persen dengan komoditas pemicu utama beras, bahkan Kabupaten Tabanan sebagai lumbung padi Pulau Dewata mengalami inflasi tertinggi di antara empat kabupaten/kota IHK.

“Iya Tabanan (inflasi tertinggi), kemudian Denpasar, Badung, juga Singaraja bermasalah di beras. Itu memang menjadi PR kenapa di Tabanan tinggi, Singaraja masih lebih rendah ya, apa karena banyak dibeli ke luar, tidak tahu, yang kelas harga beras masih belum terkendali di sana,” kata Kepala BPS Bali Endang Retno Sri Subiyandani di Denpasar, Jumat.

Ia menyebut sepanjang Februari 2024 inflasi di Kabupaten Tabanan bulan ke bulan 0,68 persen, disusul Denpasar 0,65 persen, Badung 0,58 persen, dan Singaraja 0,51 persen.

Secara tahunan juga inflasi tertinggi dialami Kabupaten Tabanan 3,87 persen dan terendah Kota Denpasar 2,72 persen.

Baca juga: BPS catat Jatim alami inflasi 0,49 persen pada Februari 2024

BPS Bali menyebut jika diukur keseluruhan memang beras memberi andil tertinggi inflasi Bali pada Februari 2024, di mana dari 0,61 persen inflasi ada lima komoditas utama yang memiliki banyak andil seperti beras 0,39 pesen, tomat 0,11 persen, cabai merah 0,07 persen, daging ayam ras 0,06 persen, dan daging babi 0,06 persen.

“Iya sepanjang pengamatan kita pada Februari 2024 ini memang beras masih naik terus bahkan sebagian lokasi ada yang sudah menipis jumlah berasnya itu yang terjadi di lapangan. Jadi ada beberapa faktor seperti telat panen jadi kelangkaan beras lebih lama dari yang sebelumnya, jadi ya beras masih menjadi PR,” ujar Endang.

Kondisi ini ternyata tidak hanya terjadi pada Februari namun sepanjang tahun beras memberi andil tertinggi inflasi Bali dengan angka 0,87 persen tahun ke tahun, disusul daging ayam ras, cabai merah, tomat, dan bawang putih.

Asisten Bidang Perekonomian dan Pembangunan Setda Provinsi Bali I Wayan Sarinah membenarkan kondisi ini, dan juga membenarkan soal faktor pemicu harga beras yang merangkak naik yaitu produksi yang menurun sejak Januari dan diprediksi membaik akhir Maret.

“Kondisi itu lah yang menyebabkan di masyarakat terjadi semacam panik belanja, apalagi kebutuhan untuk Hari Raya Galungan kemarin,” kata dia.

Baca juga: BPS: Inflasi tahunan capai 2,75 persen pada Februari

Serinah juga menyebut kondisi El Nino yang menyebabkan harga beras naik secara nasional, sehingga Pemprov Bali turut mengintervensi melalui komunikasi dengan stakeholder bidang pangan.

“Tetapi untuk beras memang dipastikan stok cukup baik dari gudang-gudang milik masyarakat di Bali maupun dari Bulog. Bulog juga sudah menyiapkan dan dari stok Bulog juga cukup termasuk juga dilakukan pasar-pasar murah. Mudah-mudahan nanti tidak terjadi gagal panen,” ujar Serinah.