Jakarta (ANTARA) - PT Honda Prospect Motor (HPM) melalui survei internal beberapa waktu lalu menyebutkan bahwa terdapat tiga faktor yang belum bisa menggerakkan masyarakat untuk beralih ke electric vehicle (kendaraan elektrik).

"Mereka yang tidak mau beli kendaraan elektrik itu karena masih memiliki ketakutan di ranah infrastruktur," kata Direktur Penjualan, Pemasaran, dan Purnajual PT Honda Prospect Motor Yusak Billy di Jakarta, Kamis.

HPM melihat kekhawatiran konsumen yang berkaitan dengan infrastruktur adalah soal charger (pengisi daya) yang sulit. Selain soal charger, konsumen otomotif Indonesia juga cenderung menunggu perkembangan teknologi lebih lanjut, misalnya daya jangkau yang lebih jauh dan pengisian daya yang jauh lebih cepat.

Tidak hanya soal infrastruktur, HPM juga melihat terdapat kekhawatiran soal nilai jual kembali kendaraan listrik.

Baca juga: HPM: Mobil hybrid masih butuh sosialisasi mendalam di beberapa daerah

Alasan-alasan itu yang menjadi pertimbangan bagi HPM untuk mempelajari keinginan konsumen dalam mengonsumsi kendaraan elektrik pada masa mendatang agar konsumen lebih yakin dan tidak lagi merasa khawatir ketika menggunakan EV sebagai kendaraan harian mereka.

Yusak menilai pemerintah berperan dalam menghidupkan ekosistem kendaraan listrik di Indonesia melalui berbagai program yang benar-benar menguntungkan para penggunanya saat ini, seperti terbebas dari ganjil genap hingga subsidi yang diberikan.

"Kita lihat juga karena terbebas dari aturan ganjil genap, pengalaman berkendara berbeda, ia lebih powerful (bertenaga), biayanya dan juga kesempatan mendapatkan harga subsidi dari pemerintah," kata Yusak.

Oleh karena itu, HPM memiliki rencana jangka panjang dalam menyediakan kendaraan ramah lingkungan secara bertahap. Perusahaan otomotif asal Jepang itu meyakini bahwa sampai dengan tahun 2040 semua modelnya sudah nol emisi sesuai dengan impian pemerintah pada tahun 2060 mendatang.

HPM juga mengimbangi tren di Indonesia dan juga global dengan meluncurkan berbagai model yang mengusung teknologi hybrid.

"Kalau Indonesia, kita lihat masih perlu jembatan menggunakan hybrid dulu. Tapi, kita ke arah baterai," kata Yusak.

Baca juga: Asosiasi sebut minimnya dealer penyebab adopsi EV masih kecil

Baca juga: CEO Ford: Masyarakat masih khawatir gunakan kendaraan listrik

Baca juga: Kemenperin: Kolaborasi mempercepat adopsi EV agar masyarakat tak ragu