Jakarta (ANTARA News) - Sentimen domestik yang masih positif kembali mendorong mata uang rupiah pada Jumat sore melanjutkan penguatan menjadi Rp11.251 per dolar AS.

Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Jumat sore menguat nilainya sebesar 60 poin menjadi Rp11.255 dibanding sebelumnya di posisi Rp11.315 per dolar AS.

"Selain data ekonomi Indonesia yang dinilai positif oleh pelaku pasar uang, kesepakatan fasilitas `swap` antara Bank Indonesia (BI) dengan bank sentral China menjadi salah satu faktor nilai tukar rupiah," kata Analis Monex Investindo Futures, Zulfirman Basir di Jakarta, Jumat.

Menurut dia, dengan kesepakatan itu maka akan membuat kecukupan pendanaan Bank Indonesia untuk melanjutkan intervensi di pasar uang domestik.

"Itu masih dapat memberikan sentimen positif untuk rupiah. Meski demikian, penguatan masih rapuh seiring investor tetap waspada dengan berlanjutnya penutupan sebagian aktivitas pemerintahan AS," kata dia.

Menurut dia, plafon utang dan penutupan sebagian aktivitas pemerintah AS menjadi salah satu alasan utama yang membuat dolar AS tidak mampu diperdagangkan menguat terhadap mayoritas mata uang dunia.

Pengamat pasar uang Bank Himpunan Saudara, Ruly Nova menambahkan indeks keyakinan AS akan melemah seiring dengan penghentian aktivitas kegiatan pemerintah AS.

"Kondisi AS yang seperti itu akan mendorong investor cenderung beralih ke mata uang kuat seperti yen Jepang dan euro, dampaknya juga ke mata uang negara berkembang," kata dia.

Sementara itu, kurs tengah Bank Indonesia pada hari Jumat ini, tercatat mata uang rupiah menguat menjadi Rp11.556 dibanding sebelumnya di posisi Rp11.568 per dolar AS.