"Untuk mengetahui secara pasti jenis gasnya, tim saat ini sedang melakukan uji sampling ke lokasi," kata Edi melalui laporan yang diterima di Jakarta, Rabu.
Berdasarkan hipotesis Badan Geologi, kondisi bawah permukaan area Bojonegoro-Mojokerto Zona Upper Pleistocene - Recent (sekitar 180 meter) tersusun oleh batuan yang unconsolidated berbutir halus dengan brightspot seismogram di beberapa tempat (lokal).
Kondisi itu menunjukkan potensi adanya akumulasi gas dangkal yang memungkinkan adanya zona bertekanan di atas normal.
Formasi unconsolidated berbutir halus tersebut cenderung menipis ke arah lokasi semburan lumpur di Bojonegoro, namun masih mungkin dijumpai bright spot yang memiliki tekanan di atas normal.
Baca juga: Pemkab Bojonegoro peringatkan gas beracun di Desa Jari
Semburan yang muncul dari sumur warga yang memiliki kedalaman sekitar 60 meter tersebut telah terjadi sebanyak tiga kali. Semburan pertama terjadi pada tahun 2022 yang berlangsung selama sepekan.
Baca juga: Semburan lumpur Bojonegoro jadi tontonan warga