Jakarta (ANTARA) - Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) menyatakan masih banyak sekolah di Indonesia yang memerlukan sanitasi yang baik terutama ketersediaan jamban yang terpisah.

Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Menengah Kemendikbudristek, Iwan Syahril menyebutkan hingga 2022, baru sekitar 11,43 persen sekolah di semua jenjang di Indonesia yang memiliki jamban terpisah dan berfungsi dengan baik.

“Ini masih sangat jauh dari target yang diharapkan, seluruh anak mendapat layanan water, sanitation and hygiene (WASH) 100 persen pada 2030,” katanya dalam keterangan di Jakarta, Selasa.

Baca juga: Kemendikbudristek: Berbagai pihak dukung penyediaan sanitasi sekolah

Iwan menuturkan fakta tersebut sangat jauh dari target menyediakan akses air, sanitasi, dan higienitas WASH bagi siswa pada 2030.

Ia mengatakan diperlukan perencanaan strategis yang dapat diimplementasikan lintas kementerian/lembaga, pemerintah daerah, dan pemangku kepentingan lainnya seperti mitra pembangunan untuk mencapai tujuan itu.

Salah satu perencanaan strategis ini adalah melalui dokumen Peta Jalan Sanitasi Sekolah 2024-2030,sebagai landasan perencanaan bagi seluruh pihak untuk mewujudkan sanitasi sekolah yang berkualitas pada akhir 2030.

Hal tersebut selaras dengan dokumen Buku 1 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019 tentang Agenda Pembangunan Nasional yang menekankan sinergi dan koordinasi antarpelaku program dan kegiatan, termasuk pelaksanaan sanitasi sekolah.

Iwan menjelaskan ketersediaan akses air, sanitasi, dan higienitas akan memberikan dampak yang luar biasa pada pembangunan sektor kesehatan, ekonomi, hingga pendidikan.

Khusus pendidikan, ketersediaan akses WASH di sekolah bagi peserta didik menjadi salah satu komponen penting yang perlu diperhatikan dalam mewujudkan Sekolah Sehat yang berfokus pada kesehatan lingkungan.

Baca juga: Kemendikbudristek: 3,1 juta siswa belum punya air bersih di sekolah

Baca juga: Kemendikbudristek lakukan intervensi untuk perkuat sanitasi sekolah


Salah satu contoh perilaku sederhana menjaga kebersihan adalah pembiasaan cuci tangan dengan sabun secara rutin yang berdasarkan penelitian dapat menurunkan angka ketidakhadiran secara signifikan hingga 50 persen.

Selain itu, penyediaan air minum yang aman di sekolah dapat meningkatkan konsentrasi siswa dalam menangkap pelajaran dan secara tidak langsung dapat meningkatkan kualitas akademik mereka.

“Kemendikbudristek mengimbau dan mendorong semua yang terlibat dalam ekosistem pendidikan untuk mewujudkan perubahan perilaku hidup bersih dan sehat,” kata Iwan.