Pemerintah diminta optimalkan potensi tembakau alternatif
Perokok pasif Seorang perempuan melintas di depan spanduk bertuliskan kawasan bebas rokok, Makassar. Menurut Global Adult Tobacco Survey (GATS) 2011, jumlah perokok laki-laki di Indonesia mencapai 67 persen atau tertinggi di dunia dan perokok perempuan 2,7 persen. Prevalensi paparan yang di alami perokok pasif di rumah adalah 71,7 persen atau 79,3 juta orang, perempuan dan anak yang sering terpapar asap rokok menanggung resiko kesehatan. Memperbanyak kawasan dilarang merokok merupakan salah satu upaya untuk melindungi perokok pasif. ANTARA/Dewi Fajriani
Menurut dia, tembakau alternatif merupakan salah satu solusi paling efektif untuk membantu perokok dewasa beralih dari kebiasaan merokok.
"Produk tembakau alternatif bahkan lebih efektif daripada nicotine replacement therapy (NRT) dalam membantu perokok dewasa yang ingin beralih dari kebiasaan mereka," kata Tikki yang merupakan mantan Direktur Kebijakan Penelitian & Kerja Sama Organisasi Kesehatan Dunia tersebut dalam keterangan di Jakarta, Senin.
Tikki berharap Pemerintah terus memberikan edukasi kepada masyarakat tentang bahaya merokok dan membantu perokok dewasa berhenti dari kebiasaan mereka.
Ia mengatakan bahwa edukasi itu tentunya dengan tetap memberikan kebebasan bagi perokok dewasa memilih pendekatan yang paling sesuai.
Komitmen kuat dari semua pihak, terutama Pemerintah, menjadi salah satu kunci mendukung keberhasilan menekan prevalensi perokok.
"Hal ini membutuhkan kemauan dan komitmen politik, sumber daya, dukungan dari para pemangku kepentingan dan kebijakan yang rasional untuk memberikan sarana dan prasarana yang adil dalam menjangkau berbagai metode yang ada bagi mereka yang ingin berhenti dari kebiasaan merokok," kata Tikki.
Baca juga: Asosiasi: Tembakau alternatif untuk tekan prevalensi merokok
Baca juga: Indonesia berpeluang turunkan angka perokok dengan tembakau alternatif
Berbagai hasil penelitian yang tertuang dalam kajian ilmiah menyebutkan produk tembakau alternatif menerapkan konsep pengurangan bahaya tembakau sehingga mampu mengurangi risiko kesehatan akibat merokok.
Sejumlah negara, salah satunya Pakistan, berpotensi menurunkan prevalensi merokok selama empat dekade mendatang dengan menerapkan strategi pengurangan bahaya tembakau.
Selain itu, kesuksesan Swedia dalam menurunkan prevalensi merokok menjadi bukti efektifnya pendekatan pengurangan bahaya yang memaksimalkan tembakau alternatif.
Selama 15 tahun terakhir, Swedia telah mencapai penurunan angka perokok yang luar biasa turun dari 15 persen pada tahun 2008 menjadi 5,6 persen pada tahun 2022.
Menurut dia, pendekatan pengurangan bahaya tembakau dengan tembakau alternatif merupakan kebutuhan yang mendesak.
Dukungan pemerintah dan otoritas kesehatan, komitmen seluruh pemangku kepentingan, serta penerapan strategi pengurangan bahaya tembakau merupakan langkah penting dalam mengurangi risiko yang diakibatkan merokok.
Pewarta: Sugiharto Purnama
Editor: D.Dj. Kliwantoro
Copyright © ANTARA 2024