Belasan rumah di Bojongmangu Bekasi ambles akibat pergerakan tanah
26 Februari 2024 21:40 WIB
Tanah di bawah bangunan rumah warga Kampung Legok Cariu RT 12 RW 06, Desa Sukamukti, Kecamatan Bojongmangu, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat ambles akibat pergerakan tanah, Senin. (ANTARA/Pradita Kurniawan Syah).
Kabupaten Bekasi (ANTARA) - Belasan rumah tinggal dan kontrakan di Kampung Legok Cariu RT 12 RW 06, Desa Sukamukti, Kecamatan Bojongmangu, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat mengalami kondisi ambles akibat peristiwa pergerakan tanah.
Salah seorang pemilik bangunan Miki Andri (49) menjelaskan kejadian pergerakan tanah sebenarnya sudah mulai dirasakan sejak satu bulan lalu. Warga pun khawatir bangunan yang mereka tempati bakal roboh karena terdampak pergerakan tanah.
"Awalnya tidak sampai 10 centimeter, sekarang sudah ada yang semeter. Itu setiap hujan amblesnya bertahap dan ini sudah hampir sebulan. Yang mengontrak sudah pada pindah karena khawatir bangunan sudah miring dan tembok retak," katanya di lokasi, Senin.
Warga menduga pergerakan tanah disebabkan karena tidak ada tanggul penahan tanah di lokasi pembangunan akses jalan menuju Tol Jakarta-Cikampek II di Kawasan Industri GIIC yang berada tidak jauh dari halaman belakang rumah warga.
"Sebelum ada proyek, bangunan tidak ada yang rusak. Semenjak ada proyek karena di bawahnya tidak ada pancang, tiap hujan deras ada perubahan, sedikit demi sedikit tanah mulai ambles," katanya.
Baca juga: Tanah ambles robohkan rumah warga di wilayah Kare Kabupaten Madiun
Pemilik bangunan lain Sulistiowati (40) mengaku khawatir kerusakan rumah akan semakin parah hingga berpotensi roboh sewaktu-waktu sementara dirinya enggan mengungsi karena tidak memiliki tempat tinggal maupun tanah lain.
"Tiap hujan khawatir, was-was karena saya ada anak kecil, takut kenapa-kenapa, takut rubuh juga, tapi mau bagaimana lagi. Karena saya tidak punya rumah atau tanah lain untuk ditinggali," ucapnya.
Dirinya berharap pihak-pihak terkait mau turun tangan untuk menyelesaikan persoalan tersebut. "Kita ingin ada kejelasan, tanggung jawab dari pihak-pihak terkait untuk dicarikan solusi dan dilakukan perbaikan," katanya.
Sementara Ketua RT 12 RW 06 Isam Anton mengaku hingga kini masih berkoordinasi dengan aparatur pemerintah desa setempat sambil terus mendata serta memantau perkembangan kondisi bangunan warga yang terdampak pergerakan tanah.
"Jumlah yang longsor (ambles) untuk sementara ada sekitar 12 rumah tapi untuk yang rumah kontrakan belum terdata keseluruhan, jumlahnya memang lumayan banyak," kata dia.(KR-PRA).
Baca juga: Hujan lebat di Bantul sebabkan tanah ambles, mengancam 4 rumah warga
Salah seorang pemilik bangunan Miki Andri (49) menjelaskan kejadian pergerakan tanah sebenarnya sudah mulai dirasakan sejak satu bulan lalu. Warga pun khawatir bangunan yang mereka tempati bakal roboh karena terdampak pergerakan tanah.
"Awalnya tidak sampai 10 centimeter, sekarang sudah ada yang semeter. Itu setiap hujan amblesnya bertahap dan ini sudah hampir sebulan. Yang mengontrak sudah pada pindah karena khawatir bangunan sudah miring dan tembok retak," katanya di lokasi, Senin.
Warga menduga pergerakan tanah disebabkan karena tidak ada tanggul penahan tanah di lokasi pembangunan akses jalan menuju Tol Jakarta-Cikampek II di Kawasan Industri GIIC yang berada tidak jauh dari halaman belakang rumah warga.
"Sebelum ada proyek, bangunan tidak ada yang rusak. Semenjak ada proyek karena di bawahnya tidak ada pancang, tiap hujan deras ada perubahan, sedikit demi sedikit tanah mulai ambles," katanya.
Baca juga: Tanah ambles robohkan rumah warga di wilayah Kare Kabupaten Madiun
Pemilik bangunan lain Sulistiowati (40) mengaku khawatir kerusakan rumah akan semakin parah hingga berpotensi roboh sewaktu-waktu sementara dirinya enggan mengungsi karena tidak memiliki tempat tinggal maupun tanah lain.
"Tiap hujan khawatir, was-was karena saya ada anak kecil, takut kenapa-kenapa, takut rubuh juga, tapi mau bagaimana lagi. Karena saya tidak punya rumah atau tanah lain untuk ditinggali," ucapnya.
Dirinya berharap pihak-pihak terkait mau turun tangan untuk menyelesaikan persoalan tersebut. "Kita ingin ada kejelasan, tanggung jawab dari pihak-pihak terkait untuk dicarikan solusi dan dilakukan perbaikan," katanya.
Sementara Ketua RT 12 RW 06 Isam Anton mengaku hingga kini masih berkoordinasi dengan aparatur pemerintah desa setempat sambil terus mendata serta memantau perkembangan kondisi bangunan warga yang terdampak pergerakan tanah.
"Jumlah yang longsor (ambles) untuk sementara ada sekitar 12 rumah tapi untuk yang rumah kontrakan belum terdata keseluruhan, jumlahnya memang lumayan banyak," kata dia.(KR-PRA).
Baca juga: Hujan lebat di Bantul sebabkan tanah ambles, mengancam 4 rumah warga
Pewarta: Pradita Kurniawan Syah
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2024
Tags: