UNICEF: Gerakan Sekolah Sehat berdampak pada kesejahteraan anak
26 Februari 2024 20:22 WIB
Tangkapan layar Chief of Water, Sanitation, and Hygiene (WASH) UNICEF Indonesia Kannan Nadar dalam Peluncuran Peta Jalan Sanitasi Sekolah 2024-2030 di Jakarta, Senin (26/2/2024). (ANTARA/Astrid Faidlatul Habibah)
Jakarta (ANTARA) - Chief of Water, Sanitation and Hygiene (WASH) UNICEF Indonesia Kannan Nadar menyatakan Gerakan Sekolah Sehat (GSS) berdampak signifikan terhadap kesehatan dan kesejahteraan anak-anak serta menjaga martabat, keselamatan, dan kesehatan mereka yang dapat meningkatkan kehadiran di sekolah.
Nadar menuturkan Gerakan Sekolah Sehat ini termasuk mengenai ketersediaan air bersih, adanya sanitasi yang layak, serta kebiasaan untuk menjaga kebersihan seperti mencuci tangan dengan air mengalir dan sabun.
“WASH di sekolah memiliki dampak signifikan terhadap kesehatan dan kesejahteraan anak-anak secara keseluruhan, yang pada gilirannya meningkatkan kehadiran di sekolah,” katanya dalam Peluncuran Peta Jalan Sanitasi Sekolah 2024-2030 di Jakarta, Senin.
Baca juga: Kemendikbudristek: 3,1 juta siswa belum punya air bersih di sekolah
Nadar menjelaskan GSS juga dapat memotivasi anak-anak untuk mengadopsi perilaku kebersihan yang tepat dan menjadi agen perubahan bagi teman sebaya, keluarga, dan komunitas mereka pada umumnya.
Bahkan, pentingnya WASH di sekolah telah diakui dengan memasukkannya sebagai target pembangunan berkelanjutan atau sustainale development goals (SDGs) tujuan 4A, 6.1 dan 6.2.
Selama ini UNICEF telah bekerja sama dengan Kemendikbudristek melalui program pendidikan dan WASH untuk mendukung hak pendidikan bagi setiap anak.
Melalui program WASH, UNICEF mendukung pemerintah dalam memenuhi akses ke air bersih dan fasilitas sanitasi untuk anak-anak serta mempromosikan praktik kebersihan yang baik, seperti mencuci tangan dengan sabun sekaligus kesehatan dan kebersihan menstruasi.
“Indonesia telah membuat kemajuan yang baik dalam meningkatkan akses WASH di sekolah-sekolah,” ujarnya.
Meski demikian, kata Nadar, masih ada lebih dari 12 juta anak sekolah tanpa akses dan fasilitas kebersihan dasar dan lebih dari 16 juta anak tanpa akses ke layanan sanitasi dasar.
Sementara itu, Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Pendidikan Menengah Kemendikbudristek, Iwan Syahril mengatakan pihaknya menyediakan dana alokasi khusus (DAK) fisik pendidikan berupa pembuatan toilet baru dan merehabilitasi toilet.
Baca juga: Kemendikbudristek percepat aktivasi Gerakan Sekolah Sehat
Baca juga: Sekolah Sehat tingkatkan status kesehatan peserta didik
Iwan mengajak pemerintah daerah (pemda) untuk dapat memberikan perhatiannya terhadap sanitasi sekolah, termasuk menggunakan anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD).
Sedangkan kepada satuan pendidikan, yakni kepala sekolah diharapkan dapat memprioritaskan anggaran untuk operasional dan perawatan sanitasi sekolah.
“Kami yakin dengan semua kita bergotong royong harapan tersebut akan dapat tercapai. Kerja sama semua pihak akan dapat mewujudkan sekolah-sekolah sehat di Indonesia,” kata Iwan.
Nadar menuturkan Gerakan Sekolah Sehat ini termasuk mengenai ketersediaan air bersih, adanya sanitasi yang layak, serta kebiasaan untuk menjaga kebersihan seperti mencuci tangan dengan air mengalir dan sabun.
“WASH di sekolah memiliki dampak signifikan terhadap kesehatan dan kesejahteraan anak-anak secara keseluruhan, yang pada gilirannya meningkatkan kehadiran di sekolah,” katanya dalam Peluncuran Peta Jalan Sanitasi Sekolah 2024-2030 di Jakarta, Senin.
Baca juga: Kemendikbudristek: 3,1 juta siswa belum punya air bersih di sekolah
Nadar menjelaskan GSS juga dapat memotivasi anak-anak untuk mengadopsi perilaku kebersihan yang tepat dan menjadi agen perubahan bagi teman sebaya, keluarga, dan komunitas mereka pada umumnya.
Bahkan, pentingnya WASH di sekolah telah diakui dengan memasukkannya sebagai target pembangunan berkelanjutan atau sustainale development goals (SDGs) tujuan 4A, 6.1 dan 6.2.
Selama ini UNICEF telah bekerja sama dengan Kemendikbudristek melalui program pendidikan dan WASH untuk mendukung hak pendidikan bagi setiap anak.
Melalui program WASH, UNICEF mendukung pemerintah dalam memenuhi akses ke air bersih dan fasilitas sanitasi untuk anak-anak serta mempromosikan praktik kebersihan yang baik, seperti mencuci tangan dengan sabun sekaligus kesehatan dan kebersihan menstruasi.
“Indonesia telah membuat kemajuan yang baik dalam meningkatkan akses WASH di sekolah-sekolah,” ujarnya.
Meski demikian, kata Nadar, masih ada lebih dari 12 juta anak sekolah tanpa akses dan fasilitas kebersihan dasar dan lebih dari 16 juta anak tanpa akses ke layanan sanitasi dasar.
Sementara itu, Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Pendidikan Menengah Kemendikbudristek, Iwan Syahril mengatakan pihaknya menyediakan dana alokasi khusus (DAK) fisik pendidikan berupa pembuatan toilet baru dan merehabilitasi toilet.
Baca juga: Kemendikbudristek percepat aktivasi Gerakan Sekolah Sehat
Baca juga: Sekolah Sehat tingkatkan status kesehatan peserta didik
Iwan mengajak pemerintah daerah (pemda) untuk dapat memberikan perhatiannya terhadap sanitasi sekolah, termasuk menggunakan anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD).
Sedangkan kepada satuan pendidikan, yakni kepala sekolah diharapkan dapat memprioritaskan anggaran untuk operasional dan perawatan sanitasi sekolah.
“Kami yakin dengan semua kita bergotong royong harapan tersebut akan dapat tercapai. Kerja sama semua pihak akan dapat mewujudkan sekolah-sekolah sehat di Indonesia,” kata Iwan.
Pewarta: Astrid Faidlatul Habibah
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2024
Tags: