"Bambu itu tidak ada satu bagian pun yang tidak bisa dimanfaatkan. Semuanya bisa dimanfaatkan, mulai dari akar, daun, batang, dan seterusnya," kata Lutfiyah saat memberikan sambutan dalam webinar bertajuk "Potensi Bambu untuk Mendukung Program Desa Wisata, Pemberdayaan Masyarakat, dan Peningkatan Ekonomi Masyarakat", sebagaimana dipantau melalui kanal YouTube BBPPMD Jakarta di Jakarta, Senin.
Dia meyakini dengan produksi bambu di Indonesia yang melimpah sejak diberlakukannya gerakan penanaman bambu secara nasional pada 1995 lalu, setiap desa di Tanah Air dapat meningkatkan ekonomi masyarakatnya, seperti dengan menjadi desa sentra produksi bambu.
"Sejak itu (gerakan penanaman bambu), bambu semakin banyak tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Indonesia menjadi negara urutan ketiga sebagai penghasil bambu terbesar di dunia dan peringkat ketiga pengekspor bambu setelah India dan Tiongkok," kata dia.
Saat ini, kata Luthfiyah melanjutkan, terdapat beberapa desa yang sukses menjadi desa sentra produksi bambu, seperti Desa Selaawi di Garut, Jawa Barat dan Desa Banyuresmi di Pandeglang, Banten.
Bambu-bambu itu dapat dimanfaatkan mulai dari bahan baku industri hingga alat musik yang dapat menjadi kesenian suatu desa wisata.
Sementara itu, dalam webinar yang diselenggarakan oleh Balai Besar Pelatihan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa (BBPPMD) Jakarta itu, Kepala BBPPMD Jakarta Enirawan menyampaikan bahwa selain dapat digunakan untuk meningkatkan ekonomi masyarakat desa, bambu juga memiliki manfaat lain.
Di antaranya adalah manfaat dari sisi lingkungan, yakni mencegah erosi dan mengurangi risiko banjir. Dia menjelaskan dengan struktur akar yang kuat, bambu dapat menyerap hingga 90 persen air hujan.
Baca juga: BRIN : Bambu bisa menjadi tanaman alternatif atasi krisis kayu
Baca juga: Kemendes paparkan capaian pembangunan desa dalam forum internasional
Baca juga: Mendes PDTT: Penguatan literasi dorong percepatan pembangunan desa