"Wilayah perairan internasional selatan Jawa masih wilayah kerja Basarnas. Wilayah teritorial pencarian dan penyelamatan Basarnas meliputi perairan Christmas Island di Selatan Jawa," katanya di Jakarta, Senin.
Menurut dia, Basarnas selalu turut mengambil bagian dalam operasi penyelamatan pencari suaka ke Australia, yang rata-rata terjadi di lepas pantai selatan Indonesia sebagai bentuk kemanusiaan.
"Kegiatan Basarnas selalu berpokok pada penyelamatan di laut, udara, dan darat, tidak ada diskriminasi disitu. Siapa pun yang tertimpa musibah di wilayah itu, termasuk pencari suaka harus ditolong demi kemanusiaan," tutur Alfan.
Mantan Dankormar ini mengatakan, Basarnas harus tetap melakukan upaya pencarian dan penyelamatan, meski sebagian besar pencari suaka sudah diselamatkan oleh kapal Australia.
"Saat mengirim dua kapal penyelamatan, ternyata ada dua orang WNI, Aswi dan Imam yang berada di kapal tersebut. Kemudian, saya kirim dua kapal `rescue boat` ke sana, dan kami dalam perjalanan menuju tempat kejadian, ada dua warga kita di kapal Australia. Saya perintahkan kepada komandan atau nakhoda `rescue` Basarnas, jemput warga negara kita atas nama Aswi dan Imam," paparnya.
Pelimpahan para pencari suaka tersebut ke kapal Basarnas, lanjut dia, karena Basarnas terikat dalam ketentuan Jakarta Declaration on Addressing Irregular Movement of Personsm mengenai pencarian, dan penyelamatan di laut, disembarkasi, resepsi, pemrosesan, dan hasilnya.
"Itu kepentingan saya, mengapa saya suruh jemput mereka. Ada tanggung jawab Basarnas dalam Jakarta Charter," jelasnya.
Alfan pun menilai pernyataan Hikmahanto sangat tidak mendasar dengan menuduh Basarnas menerima uang dari Australia.
"Akan saya pertaruhkan jabatan saya, silakan Anda buktikan. Saya bukan tentara bayaran. Saya seorang perwira marinir," tegasnya seraya menambahkan dirinya akan melaporkan masalah ini kepada aparat kepolisian.
Hikmahanto sebelumnya menduga Basarnas menerima uang tidak halal dari Pemerintah Australia terkait penanganan para pencari suaka dan pengungsi asal Timur Tengah.
"Patut diduga Basarnas menerima uang-uang tidak halal dari pemerintah Australia dan bekerja untuk kepentingan Australia sehingga mereka bersedia menerima pencari suaka dan pengungsi asal Timur Tengah untuk dibawa ke daratan Indonesia," katanya di Jakarta, Minggu (29/9).
Sebanyak 22 imigran gelap asal Yordania, Irak, Lebanon dan Afrika tewas setelah kapal yang ditumpanginya menuju Australia mengalami kecelakaan laut di Pantai Cikole, Kampung Genggong, Desa Sinarlaut, Kecamatan Agrabinta, Cianjur pada Jumat (27/9).
Sedangkan 24 imigran gelap yang selamat ditampung sementara di Hotel Sarah di Jalan Selabintana, Kabupaten Sukabumi.
Hikmahanto menambahkan Basarnas sebagai institusi pemerintah ternyata telah menjadi "tentara bayaran" bagi permasalahan Australia, bahkan mereka bekerja bukan untuk kepentingan Indonesia melainkan untuk kepentingan Australia.
"Praktek seperti ini harus dihentikan agar tidak ada kesan Indonesia telah `dijual`," kata Guru Besar Hukum Internasional UI itu.
(S037/K007)