Yudhoyono-Abbott optimistis pada masa depan hubungan bilateral
30 September 2013 22:41 WIB
Kunjungan PM Australia Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (kanan) menerima kunjungan kenegaraan Perdana Menteri Australia Tony Abbott (kiri) di Istana Merdeka, Jakarta, Senin (30/9). Kunjungan tersebut merupakan kunjungan luar negeri pertama sejak Abbot dilantik pada 18 September 2013. (ANTARA FOTO/Prasetyo Utomo)
Jakarta (ANTARA News) - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Perdana Menteri Australia Tony Abbott menyampaikan sikap optimistisnya atas masa depan hubungan baik kedua negara.
Hal itu disampaikan oleh kedua kepala pemerintahan dalam pernyataan pers bersama di Istana Merdeka, Jakarta, Senin, pascamemimpin delegasi masing-masing dalam pertemuan bilateral.
"Kami senang karena kerjasama di bidang ekonomi, hukum, politik dan keamanan serta di bidang kesejahteraan rakyat, semuanya memiliki kemajuan yang signifikan," kata Presiden Yudhoyono.
Ia menilai hubungan dan kerja sama bilateral Indonesia dan Australia berada dalam keadaan baik dan terus berkembang dari waktu ke waktu.
Menurut data Pemerintah Indonesia, Australia merupakan investor terbesar ke sembilan di Indonesia. Nilai investasi dari tahun 2011 ke tahun 2012 mengalami lonjakan sekitar 700 persen. Sementara itu total perdagangan kedua negara kini mencapai 10 miliar dolar AS.
Sementara itu PM Abbott menegaskan keyakinannya akan masa depan kedua negara yang cerah. Ia juga mengungkapkan optimistisnya bahwa Australia akan memainkan peran signifikan sebagai mitra Indonesia.
"Saya tahu masa depan Indonesia cerah, saya tahu Indonesia akan menjadi perekonomian yang lebih besar dari Australia. Tapi dalam beberapa tahun mendatang kami memiliki banyak hal yang dapat ditawarkan kepada Indonesia berdasarkan semangat kemitraan dan semangat persahabatan," katanya seraya mendorong kerja sama lebih lanjut di bidang keamanan pangan dan pertanian.
Menurut dia, sejumlah pengusaha Australia yang melakukan perjalanan bersamanya kali ini telah menyampaikan niat mereka untuk mengembangkan kemitraan yang lebih luas dengan Indonesia di bidang perdagangan dan investasi.
Ia juga menyampaikan apresiasinya atas perkembangan Indonesia dalam enam dasawarsa terakhir, termasuk kesuksesan Indonesia melakukan transformasi dari kepemimpinan militer menjadi sebuah negara demokrasi.
Pada kesempatan itu Presiden Yudhoyono menyampaikan kesepakatan kedua negara untuk mengaitkan pembahasan bidang ekonomi dalam Pertemuan Puncak Forum Kerjasama Asia Pasifik (APEC) 2013 di Bali dengan Pertemuan Puncak Ekonomi 20 (G20) pada 2014 di Australia.
"Saya sepakat dengan PM Australia untuk mengaitkan agar apa yang dibahas di Bali tahun ini berlanjut ke depan di Australia agar seluruh ekonomi di dunia itu bisa berkolaborasi sehingga tidak ada kebijakan dari negara manapun yang membikin masalah pada negara-negara yang lain," kata Presiden Yudhoyono.
Pada Oktober 2013 Indonesia akan menjadi tuan rumah Pertemuan Puncak APEC sedangkan pada 2014 Australia akan menjadi tuan rumah Pertemuan Puncak G20.
Presiden menilai APEC dan G20 memerlukan koordinasi aksi dan konsultasi mengingat sekalipun setiap negara memiliki tanggung jawab masing-masing secara internal namun diperlukan kerjasama regional dan internasional karena masing-masing terintegrasi.
(G003/Z003)
Hal itu disampaikan oleh kedua kepala pemerintahan dalam pernyataan pers bersama di Istana Merdeka, Jakarta, Senin, pascamemimpin delegasi masing-masing dalam pertemuan bilateral.
"Kami senang karena kerjasama di bidang ekonomi, hukum, politik dan keamanan serta di bidang kesejahteraan rakyat, semuanya memiliki kemajuan yang signifikan," kata Presiden Yudhoyono.
Ia menilai hubungan dan kerja sama bilateral Indonesia dan Australia berada dalam keadaan baik dan terus berkembang dari waktu ke waktu.
Menurut data Pemerintah Indonesia, Australia merupakan investor terbesar ke sembilan di Indonesia. Nilai investasi dari tahun 2011 ke tahun 2012 mengalami lonjakan sekitar 700 persen. Sementara itu total perdagangan kedua negara kini mencapai 10 miliar dolar AS.
Sementara itu PM Abbott menegaskan keyakinannya akan masa depan kedua negara yang cerah. Ia juga mengungkapkan optimistisnya bahwa Australia akan memainkan peran signifikan sebagai mitra Indonesia.
"Saya tahu masa depan Indonesia cerah, saya tahu Indonesia akan menjadi perekonomian yang lebih besar dari Australia. Tapi dalam beberapa tahun mendatang kami memiliki banyak hal yang dapat ditawarkan kepada Indonesia berdasarkan semangat kemitraan dan semangat persahabatan," katanya seraya mendorong kerja sama lebih lanjut di bidang keamanan pangan dan pertanian.
Menurut dia, sejumlah pengusaha Australia yang melakukan perjalanan bersamanya kali ini telah menyampaikan niat mereka untuk mengembangkan kemitraan yang lebih luas dengan Indonesia di bidang perdagangan dan investasi.
Ia juga menyampaikan apresiasinya atas perkembangan Indonesia dalam enam dasawarsa terakhir, termasuk kesuksesan Indonesia melakukan transformasi dari kepemimpinan militer menjadi sebuah negara demokrasi.
Pada kesempatan itu Presiden Yudhoyono menyampaikan kesepakatan kedua negara untuk mengaitkan pembahasan bidang ekonomi dalam Pertemuan Puncak Forum Kerjasama Asia Pasifik (APEC) 2013 di Bali dengan Pertemuan Puncak Ekonomi 20 (G20) pada 2014 di Australia.
"Saya sepakat dengan PM Australia untuk mengaitkan agar apa yang dibahas di Bali tahun ini berlanjut ke depan di Australia agar seluruh ekonomi di dunia itu bisa berkolaborasi sehingga tidak ada kebijakan dari negara manapun yang membikin masalah pada negara-negara yang lain," kata Presiden Yudhoyono.
Pada Oktober 2013 Indonesia akan menjadi tuan rumah Pertemuan Puncak APEC sedangkan pada 2014 Australia akan menjadi tuan rumah Pertemuan Puncak G20.
Presiden menilai APEC dan G20 memerlukan koordinasi aksi dan konsultasi mengingat sekalipun setiap negara memiliki tanggung jawab masing-masing secara internal namun diperlukan kerjasama regional dan internasional karena masing-masing terintegrasi.
(G003/Z003)
Pewarta: GNC Aryani
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2013
Tags: