Wali Kota Denpasar: Perayaan Imlek wujud kolaborasi dan toleransi
24 Februari 2024 21:37 WIB
Wali Kota Denpasar, Bali, I Gusti Ngurah Jaya Negara saat menghadiri perayaan Tahun Baru Imlek 2575 Kongzili di kawasan Heritage Jalan Gajah Mada, Denpasar, Sabtu (24/2/2024). ANTARA/HO-Pemkot Denpasar.
Denpasar (ANTARA) - Wali Kota Denpasar, Bali, I Gusti Ngurah Jaya Negara mengatakan ritual perayaan Tahun Baru Imlek 2575 Kongzili yang memadukan budaya Tionghoa dan Bali merupakan implementasi spirit kolaborasi dan toleransi dalam menjaga keberagaman di Kota Denpasar.
"Akulturasi budaya adalah spirit dan kekuatan kita untuk dapat mendukung pembangunan Kota Denpasar," ujar Jaya Negara saat menyaksikan rangkaian perayaan Tahun Baru Imlek 2575 Kongzili di kawasan heritage Jalan Gajah Mada, Denpasar, Sabtu.
Menurut dia, dengan keragaman kebudayaan dari berbagai etnis yang ada di Kota Denpasar tentu akan juga semakin meningkatkan daya tarik wisata di Ibu Kota Provinsi Bali itu.
Jaya Negara menambahkan, Pemerintah Kota Denpasar sangat fokus dalam merangkul keberagaman yang dapat memperkaya Kota Denpasar sebagai kota berbudaya, yang seiring dengan spirit Vasudhaiva Kutumbakam atau menyama braya (persaudaraan) dan meneguhkan Denpasar sebagai Kota Toleransi.
Baca juga: Heru: Imlek 2024 momentum perkuat tali silaturahmi dan toleransi
Sementara itu, I Ketut Siandana selaku pemrakarsa kegiatan dari Komunitas Bali Harmoni Nusantara (Bahana) menyampaikan bahwa rangkaian ritual Imlek Tahun 2575 pada tahun ini difokuskan pada prosesi ritual dan doa bersama guna memohon keselamatan pada tahun berlambang Naga Kayu ini.
"Hari ini kita fokuskan untuk doa-doa, prosesi, sujud syukur sebagai makna utama perayaan Imlek, yang tentunya bermuara pada kemakmuran bersama," ujarnya.
Selain ditujukan untuk memohon kemakmuran masyarakat, Siandana mengatakan kegiatan ritual Imlek ini juga wujud akulturasi budaya Tionghoa dan Bali yang terus ingin dilestarikan.
Ia sengaja menggelar rangkaian acara ini di kawasan heritage Jalan Gajah Mada karena kawasan ini sejak dulu terkenal sebagai kawasan sentra perdagangan yang banyak dihuni keluarga Tionghoa.
Baca juga: Disbudpar: Tradisi perayaan Imlek di Semarang simbol toleransi
Rangkaian acara ritual Imlek tahun ini, diawali dengan ritual di Puri Agung Jro Kuta, kemudian dilanjutkan dengan ritual di Konco Sing Bie Bio Jalan Kartini.
Setelah itu diadakan iring-iringan parade yang diawali dengan ritual menyalakan petasan, dilanjutkan dengan memohon restu di Pura Desa Denpasar.
Rangkaian acara berlanjut dengan pergerakan parade ke Kawasan Patung Catur Muka untuk selanjutnya kembali ke Kawasan Ratu Mas Melanting, Pelataran Pasar Badung Denpasar.
"Selanjutnya, di kawasan pelataran Pasar Badung juga dipentaskan beragam garapan budaya, seperti Angklung Dewata, Tari Pasepan, Tari Munggah Ayu, Tari Jenar Ing Bhuana, serta atraksi wushu dan barongsai," ujarnya.
Baca juga: Kubu Raya meriahkan Imlek dengan lampion raksasa
Pada kesempatan tersebut juga hadir anggota DPR I Gusti Agung Rai Wirajaya, anggota DPRD Kota Denpasar I Ketut Suteja Kumara, Ketua TP PKK Kota Denpasar Sagung Antari Jaya Negara serta Penglingsir (tokoh) Puri Jro Kuta I Gusti Ngurah Jaka Pratidnya atau Turah Joko.
"Akulturasi budaya adalah spirit dan kekuatan kita untuk dapat mendukung pembangunan Kota Denpasar," ujar Jaya Negara saat menyaksikan rangkaian perayaan Tahun Baru Imlek 2575 Kongzili di kawasan heritage Jalan Gajah Mada, Denpasar, Sabtu.
Menurut dia, dengan keragaman kebudayaan dari berbagai etnis yang ada di Kota Denpasar tentu akan juga semakin meningkatkan daya tarik wisata di Ibu Kota Provinsi Bali itu.
Jaya Negara menambahkan, Pemerintah Kota Denpasar sangat fokus dalam merangkul keberagaman yang dapat memperkaya Kota Denpasar sebagai kota berbudaya, yang seiring dengan spirit Vasudhaiva Kutumbakam atau menyama braya (persaudaraan) dan meneguhkan Denpasar sebagai Kota Toleransi.
Baca juga: Heru: Imlek 2024 momentum perkuat tali silaturahmi dan toleransi
Sementara itu, I Ketut Siandana selaku pemrakarsa kegiatan dari Komunitas Bali Harmoni Nusantara (Bahana) menyampaikan bahwa rangkaian ritual Imlek Tahun 2575 pada tahun ini difokuskan pada prosesi ritual dan doa bersama guna memohon keselamatan pada tahun berlambang Naga Kayu ini.
"Hari ini kita fokuskan untuk doa-doa, prosesi, sujud syukur sebagai makna utama perayaan Imlek, yang tentunya bermuara pada kemakmuran bersama," ujarnya.
Selain ditujukan untuk memohon kemakmuran masyarakat, Siandana mengatakan kegiatan ritual Imlek ini juga wujud akulturasi budaya Tionghoa dan Bali yang terus ingin dilestarikan.
Ia sengaja menggelar rangkaian acara ini di kawasan heritage Jalan Gajah Mada karena kawasan ini sejak dulu terkenal sebagai kawasan sentra perdagangan yang banyak dihuni keluarga Tionghoa.
Baca juga: Disbudpar: Tradisi perayaan Imlek di Semarang simbol toleransi
Rangkaian acara ritual Imlek tahun ini, diawali dengan ritual di Puri Agung Jro Kuta, kemudian dilanjutkan dengan ritual di Konco Sing Bie Bio Jalan Kartini.
Setelah itu diadakan iring-iringan parade yang diawali dengan ritual menyalakan petasan, dilanjutkan dengan memohon restu di Pura Desa Denpasar.
Rangkaian acara berlanjut dengan pergerakan parade ke Kawasan Patung Catur Muka untuk selanjutnya kembali ke Kawasan Ratu Mas Melanting, Pelataran Pasar Badung Denpasar.
"Selanjutnya, di kawasan pelataran Pasar Badung juga dipentaskan beragam garapan budaya, seperti Angklung Dewata, Tari Pasepan, Tari Munggah Ayu, Tari Jenar Ing Bhuana, serta atraksi wushu dan barongsai," ujarnya.
Baca juga: Kubu Raya meriahkan Imlek dengan lampion raksasa
Pada kesempatan tersebut juga hadir anggota DPR I Gusti Agung Rai Wirajaya, anggota DPRD Kota Denpasar I Ketut Suteja Kumara, Ketua TP PKK Kota Denpasar Sagung Antari Jaya Negara serta Penglingsir (tokoh) Puri Jro Kuta I Gusti Ngurah Jaka Pratidnya atau Turah Joko.
Pewarta: Ni Luh Rhismawati
Editor: Bambang Sutopo Hadi
Copyright © ANTARA 2024
Tags: