IMI minta pemerintah cari penyelesaian imigran gelap
28 September 2013 21:21 WIB
ilustrasi Evakuasi Korban Pencari Suaka Sejumlah petugas mengevakuasi korban yang selamat dari kapal para pencari suaka yang pecah dan tenggelam akibat diempas gelombang tinggi di lepas pantai selatan Cianjur Jawa Barat, Rabu (24/7). (ANTARA FOTO/STR)
Jakarta (ANTARA News) - Indonesia Maritime Institute (IMI) meminta Pemerintah mencari jalan keluar penyelesaian permasalahan imigran gelap yang nekad melewati laut Indonesia, karena tidak sedikit kapal yang mereka tumpangi tenggelam.
"Kembali kami mendengar ada kapal pengangkut imigran gelap tenggalam. Ini sungguh memprihatinkan," kata Direktur IMI, Y Paonganan kepada pers di Jakarta, Sabtu.
Sebelumnya diberitakan, sebuah kapal yang mengangkut sekitar 80 imigran gelap asal Lebanon tenggelam di perairan Cianjur, Jabar, Jumat (27/9).
"Informasi yang terakhir kami dapat ada 22 orang imigran gelap meninggal, 23 selamat dan sisanya hilang," kata Kepala Pos SAR Palabuhanratu Basarnas, Zaenal Arifin.
Paonganan melanjutkan, perlu penguatan patroli laut agar tidak seenaknya para imigran gelap ini keluar masuk Indonesia.
"Indonesia memang negara laut, sehingga banyak jalan tikus yang mudah dilalui oleh para imigran gelap. Tentu perlu penguatan pengawasan laut," katanya.
Paonganan yang akrab disapa Ongen itu mengatakan penanganan pelintas batas laut illegal itu perlu menjadi perhatian, bukan saja oleh Indonesia tapi negara-negara dalam kawasan ASEAN untuk menjadi salah satu agenda pembicaraan pada tingkat Internasional, sehingga ditemukan solusi bersama.
"Bagaimanapun, mereka juga manusia yang punya hak untuk hidup. Maka dari itu, negara asal serta negara tujuan para imigran ini perlu memberi perhatian yang serius," tegasnya.
Indonesia sebagai negara yang paling sering dilalui para imigran gelap ini bisa menjadi inisiator pembahasan masalah ini di forum Internasional. "Pembahasan tingkat internasional perlu dilakukan," tandasnya. (*)
"Kembali kami mendengar ada kapal pengangkut imigran gelap tenggalam. Ini sungguh memprihatinkan," kata Direktur IMI, Y Paonganan kepada pers di Jakarta, Sabtu.
Sebelumnya diberitakan, sebuah kapal yang mengangkut sekitar 80 imigran gelap asal Lebanon tenggelam di perairan Cianjur, Jabar, Jumat (27/9).
"Informasi yang terakhir kami dapat ada 22 orang imigran gelap meninggal, 23 selamat dan sisanya hilang," kata Kepala Pos SAR Palabuhanratu Basarnas, Zaenal Arifin.
Paonganan melanjutkan, perlu penguatan patroli laut agar tidak seenaknya para imigran gelap ini keluar masuk Indonesia.
"Indonesia memang negara laut, sehingga banyak jalan tikus yang mudah dilalui oleh para imigran gelap. Tentu perlu penguatan pengawasan laut," katanya.
Paonganan yang akrab disapa Ongen itu mengatakan penanganan pelintas batas laut illegal itu perlu menjadi perhatian, bukan saja oleh Indonesia tapi negara-negara dalam kawasan ASEAN untuk menjadi salah satu agenda pembicaraan pada tingkat Internasional, sehingga ditemukan solusi bersama.
"Bagaimanapun, mereka juga manusia yang punya hak untuk hidup. Maka dari itu, negara asal serta negara tujuan para imigran ini perlu memberi perhatian yang serius," tegasnya.
Indonesia sebagai negara yang paling sering dilalui para imigran gelap ini bisa menjadi inisiator pembahasan masalah ini di forum Internasional. "Pembahasan tingkat internasional perlu dilakukan," tandasnya. (*)
Pewarta: Ruslan Burhani
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2013
Tags: