Bogor, (ANTARA News) - Kualitas air di Situ Pluit yang terletak di Kelurahan Penjaringan, Jakarta Utara (Jakut) sudah tidak memenuhi persyaratan baku mutu air golongan C untuk perikanan dan peternakan, karena sudah tercemar oleh limbah, sampah dan logam berat. Oleh karenanya, pihak pengelola Situ Pluit disarankan untuk melakukan pengerukan dan pembersihan sampah di situ tersebut serta membuat pagar pembatas agar tidak terjadi penyerobotan lahan, pembuangan sampah dan gangguan sosial. Demikian hasil disertasi mahasiswa S-3 Program Studi Ilmu Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan, Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor (IPB), Zulfahmi Burhan yang diujikan, Rabu (9/8) di Kampus Darmaga, Bogor. Untuk bahan disertasinya, Zulfahmi mengambil studi kasus pengelolaan situ di wilayah Propinsi DKI Jakarta dengan mengambil enam sampel yaitu Situ Baru Cibubur, Situ Taman Mini Indonesia Indah, Situ Babakan, Situ Lembang, Situ Taman Ria Senayan, dan Situ Pluit. Situ Pluit terbentuk secara alami dengan luas sekitar 40 hektar. Airnya berasal dari Sungai Kali Opak, air hujan dan buangan penduduk sekitar. Di wilayah DKI Jakarta terdapat 20 buah situ yang tersebar pada lima kotamadya yaitu enam situ di Jakarta Selatan, tujuh situ di Jakarta Timur, empat situ di Jakarta Pusat, dua situ di Jakarta Utara dan satu situ di Jakarta Barat. Penelitian itu bertujuan untuk mencari strategi yang tepat untuk mengelola situ secara berkelanjutan dengan menganalisa kualitas perairan situ, faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pengelolaan situ dan merumuskan konsep strategi pengelolaan situ. Dari hasil analisa, kata Zulfahmi, Situ Babakan mempunyai kualitas air paling baik dan masih sesuai dengan baku mutu air golongan C yang dapat dipergunakan untuk perikanan dan peternakan. Sementara empat situ contoh yang lain yaitu Situ Baru Cibubur, Situ Taman Mini Indonesia Indah, Situ Lembang dan Situ Taman Ria Senayan, meski sedikit tercemar oleh timbal (Pb) dan Sulfida, namun kualitas airnya masih normal. Menurut Zulfahmi, ada lima variabel yang didukung oleh faktor-faktor strategis yang berpengaruh secara langsung terhadap situ yaitu kondisi fisik dan lingkungan, kebijakan pengelolaan, kelembagaan pengelola, kepedulian masyarakat sekitar situ, dan kepedulian masyarakat pengunjung. Untuk membuat strategi pengelolaan situ secara berkelanjutan sangat tergantung dari tingkat respon organisasi pengelola terhadap faktor strategis pada masing-masing situ, dan setelah itu baru dibuat program jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang, sehingga situ berfungsi secara ekologi, sosial dan ekonomi untuk kelestarian lingkungan. Berdasar hasil analisa atas respon organisasi pengelola dalam pengelolaan situ secara berkelanjutan, Situ Taman Ria Senayan mempunyai pengelolaan yang terbaik sehingga situ dapat berfungsi secara ekologi, sosial dan ekonomi. Sedangkan Situ Pluit pengelolaannya paling buruk diantara enam situ contoh.(*)