Tokyo (ANTARA) - Kementerian bidang perindustrian Jepang pada Rabu mendesak Tokyo Electric Power Company Holdings Incorporated (TEPCO) untuk memastikan kebocoran air radioaktif tidak terulang kembali.

Hal tersebut menyusul insiden awal bulan ini di pembangkit listrik tenaga nuklir Fukushima Daiichi yang dilanda bencana.

Menteri Perekonomian, Perdagangan dan Industri Jepang Ken Saito mengatakan kepada Presiden TEPCO Tomoaki Kobayakawa bahwa ia ingin agar manajemen perusahaan mengambil langkah aktif mencegah terulangnya kejadian serupa dan memastikan keselamatan.

Pernyataan Saito itu terkait sekitar 1,5 ton air yang bocor dari kompleks tersebut, yang mengalami kebocoran bahan bakar reaktor setelah bencana gempa bumi dan tsunami pada 2011.

Saito mengatakan bahwa insiden tersebut telah menyebabkan kecemasan di Jepang dan luar negeri, dan akan menghambat penyelesaian penghentian pengoperasian pembangkit listrik tersebut.

Ia meminta agar TEPCO menyelidiki kemungkinan faktor-faktor yang mengarah pada kesalahan manusia dan untuk berinvestasi dalam teknologi yang menghilangkan kebutuhan akan pengoperasian manual.
Baca juga: Tampar protes Jepang buang air terkontaminasi nuklir ke laut

Kobayakawa menyampaikan permintaan maaf dengan mengatakan bahwa ia akan memimpin dan memikul tanggung jawab atas investasi, pada langkah-langkah keselamatan.

Presiden perusahaan tersebut mengatakan bahwa dia akan mengonfirmasi kembali peralatan dan prosedur yang segera diterapkan setelah krisis nuklir tahun 2011, dan menambahkan bahwa dia juga akan mempertimbangkan untuk memutakhirkan teknologi.

Insiden ini terjadi beberapa bulan setelah Jepang mulai melepaskan air radioaktif yang telah diolah dari pembangkit listrik yang rusak ke laut, di tengah kekhawatiran akan keamanannya. Perusahaan listrik tersebut melihat pelepasan muatan listrik sebagai bagian utuh dari dekomisioning, atau penghentian tetap atas beroperasinya reaktor nuklir.
Baca juga: Tidak ada masalah berarti pada PLTN akibat gempa di Jepang

Sejak Agustus tahun lalu, TEPCO telah membuang total 23.400 ton air yang diolah melalui sistem pemrosesan cairan canggih yang mampu menghilangkan sebagian besar radionuklida, kecuali tritium, dan berencana untuk memulai pelepasan bagian terakhir untuk tahun fiskal 2023 pada akhir Februari.

Menurut operator pembangkit listrik, kebocoran terjadi pada pagi hari tanggal 2 Februari. Tujuh dari stopkontak yang terhubung ke perangkat untuk mengolah air terkontaminasi yang terakumulasi di kompleks tersebut.

Kesalahan manusia diduga menjadi penyebab kejadian tersebut, karena 10 dari 16 katup perangkat yang seharusnya tertutup, ternyata terbuka.

Pada Oktober, sebuah insiden terjadi di pembangkit listrik tenaga nuklir di mana para pekerja terkena limbah cair yang mengandung bahan radioaktif.

Baca juga: Menteri KP: Dampak pembuangan limbah nuklir di laut bersifat lokal

Sumber: Kyodo