Bapanas: Program makan dan susu gratis geliatkan ekonomi perdesaan
21 Februari 2024 14:16 WIB
Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi diwawancara di Jakarta, Selasa (20/2/2024). ANTARA/Harianto
Jakarta (ANTARA) - Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi mengatakan program makan siang dan susu gratis Calon Presiden dan Wakil Presiden Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka berpotensi menggeliatkan perekonomian hingga di perdesaan.
“Itu kan (program) Pak Presiden terpilih, kan masih belum diumumkan dengan official. Tapi kalau itu terjadi (program makan siang dan susu), positifnya ini akan menggerakkan ekonomi, geliat ekonomi terutama di perdesaan,” kata Arief di Jakarta, Rabu.
Menurut Arief, jika program tersebut berjalan maka masyarakat yang tinggal di desa-desa dapat memanfaatkan peluang usaha dengan menjadi peternak sapi perah.
“Kenapa begitu? Karena sudah ada di hilirnya itu yang siap untuk meng-offtake (membeli), bisa jadi makan siang gratis atau nanti susu sebenarnya itu nanti di hulunya itu akan ada geliat ekonomi,” ucap Arief.
Arief mengatakan pelaksanaan program tersebut akan mendorong aktivitas ekonomi di hulu, karena akan melibatkan peternak di perdesaan. Nantinya peternak dapat beternak lima hingga 10 ekor sapi perah.
“Sehingga nanti peternak di Indonesia itu di desa-desa bisa memiliki sapi perah misalnya lima sampai 10 ekor, nanti setiap desa juga akan berkembang,” tutur Arief.
Dia menekankan pentingnya pengembangan sapi perah dalam negeri untuk memenuhi kebutuhan susu nasional, sebagai upaya untuk mengurangi ketergantungan pada impor dari luar negeri.
“Berarti kita perlu sapi indukan sapi perah, sapi indukan sapi perah ini harus dikembangkan. Masa kita harus mau pemenuhannya impor susu bubuk, powder milk, kan enggak,” terang Arief.
Lebih lanjut, Arief menyatakan bahwa dengan program tersebut juga akan memberikan dampak positif yang luas, tidak hanya dalam sektor peternakan sapi tetapi juga dalam sektor lainnya, seperti hortikultura dan peternakan ayam.
Menurut Arief, masyarakat nantinya juga akan geliat melakukan penanaman sayur-mayur. Kemudian hasil tanaman maupun peternakan tersebut nantinya akan dibeli oleh pemerintah melalui kementerian/lembaga terkait guna memasok kebutuhan pangan dari program makan siang dan susu gratis tersebut.
Arief menjelaskan pola pangan harapan berdasarkan Badan Pangan Nasional yakni dalam satu piring berisikan 1/3 karbohidrat, 1/3 sayur mayur, 1/6 lauk pauk, dan 1/6 buah-buahan. Kemudian dilengkapi oleh susu.
"Karena ini makannya makan sehat pasti ada sayur, ada telor ada ayam. Jadi ini akan membangun ekosistem pangan sebenarnya," ujar Arief.
Meski begitu, Arief menilai bahwa hal tersebut masih harus dihitung benar setiap porsi karena setiap daerah di Indonesia berbeda-beda.
“Biarkan ini berproses, tapi ini sangat baik untuk petani dan peternak kita karena akan di offtake (dibeli oleh pemerintah),” kata Arief.
Arief juga menilai bahwa potensi program tersebut akan dapat mengatasi masalah pangan dan gizi buruk di berbagai daerah, serta memberikan manfaat bagi ibu menyusui dan anak sekolah dari tingkat TK hingga SMA.
Baca juga: Bapanas: Input produksi faktor strategis produktivitas pertanian
Baca juga: Kepala Bapanas sebut beras mulai penuhi pasar ritel modern
Baca juga: Bapanas sebut potensi panen raya di Maret capai 3,5 juta ton
“Itu kan (program) Pak Presiden terpilih, kan masih belum diumumkan dengan official. Tapi kalau itu terjadi (program makan siang dan susu), positifnya ini akan menggerakkan ekonomi, geliat ekonomi terutama di perdesaan,” kata Arief di Jakarta, Rabu.
Menurut Arief, jika program tersebut berjalan maka masyarakat yang tinggal di desa-desa dapat memanfaatkan peluang usaha dengan menjadi peternak sapi perah.
“Kenapa begitu? Karena sudah ada di hilirnya itu yang siap untuk meng-offtake (membeli), bisa jadi makan siang gratis atau nanti susu sebenarnya itu nanti di hulunya itu akan ada geliat ekonomi,” ucap Arief.
Arief mengatakan pelaksanaan program tersebut akan mendorong aktivitas ekonomi di hulu, karena akan melibatkan peternak di perdesaan. Nantinya peternak dapat beternak lima hingga 10 ekor sapi perah.
“Sehingga nanti peternak di Indonesia itu di desa-desa bisa memiliki sapi perah misalnya lima sampai 10 ekor, nanti setiap desa juga akan berkembang,” tutur Arief.
Dia menekankan pentingnya pengembangan sapi perah dalam negeri untuk memenuhi kebutuhan susu nasional, sebagai upaya untuk mengurangi ketergantungan pada impor dari luar negeri.
“Berarti kita perlu sapi indukan sapi perah, sapi indukan sapi perah ini harus dikembangkan. Masa kita harus mau pemenuhannya impor susu bubuk, powder milk, kan enggak,” terang Arief.
Lebih lanjut, Arief menyatakan bahwa dengan program tersebut juga akan memberikan dampak positif yang luas, tidak hanya dalam sektor peternakan sapi tetapi juga dalam sektor lainnya, seperti hortikultura dan peternakan ayam.
Menurut Arief, masyarakat nantinya juga akan geliat melakukan penanaman sayur-mayur. Kemudian hasil tanaman maupun peternakan tersebut nantinya akan dibeli oleh pemerintah melalui kementerian/lembaga terkait guna memasok kebutuhan pangan dari program makan siang dan susu gratis tersebut.
Arief menjelaskan pola pangan harapan berdasarkan Badan Pangan Nasional yakni dalam satu piring berisikan 1/3 karbohidrat, 1/3 sayur mayur, 1/6 lauk pauk, dan 1/6 buah-buahan. Kemudian dilengkapi oleh susu.
"Karena ini makannya makan sehat pasti ada sayur, ada telor ada ayam. Jadi ini akan membangun ekosistem pangan sebenarnya," ujar Arief.
Meski begitu, Arief menilai bahwa hal tersebut masih harus dihitung benar setiap porsi karena setiap daerah di Indonesia berbeda-beda.
“Biarkan ini berproses, tapi ini sangat baik untuk petani dan peternak kita karena akan di offtake (dibeli oleh pemerintah),” kata Arief.
Arief juga menilai bahwa potensi program tersebut akan dapat mengatasi masalah pangan dan gizi buruk di berbagai daerah, serta memberikan manfaat bagi ibu menyusui dan anak sekolah dari tingkat TK hingga SMA.
Baca juga: Bapanas: Input produksi faktor strategis produktivitas pertanian
Baca juga: Kepala Bapanas sebut beras mulai penuhi pasar ritel modern
Baca juga: Bapanas sebut potensi panen raya di Maret capai 3,5 juta ton
Pewarta: Muhammad Harianto
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2024
Tags: