Brasilia (ANTARA News) - Satu wilayah di Brazil diyakini menjadi kawasan pertama di Amerika Latin melarang penjualan senjata mainan seiring dengan upaya negara itu memerangi wabah kejahatan terkait senjata api.

Distrik federal, yang mencakup ibukota negara Brasilia dan beberapa kota satelitnya, meluncurkan prakarsa itu saat Brazil berupaya menurunkan tingkat pembunuhan di negara itu.

"Untuk mengubah budaya kekerasan harus kita mulai dari masa kanak-kanak. Anak-anak kita akan mulai memahami apa yang sering diulang, bahwa senjata bukan mainan," kata Alirio Neto, Menteri Federal dari Menteri Hukum, seperti dikutip AFP.

Dengan populasi lebih dari 200 juta, Brazil memiliki 43 ribu kasus kematian dengan kekerasan tahun lalu, yang 73 persen di antaranya disebabkan oleh senjata api, katanya.

"Kekerasan di Brasil sudah menjadi seperti perang," keluh Valeria de Velasco, seorang pejabat yang menangani korban kekerasan di Brasilia.

Prakarsa melarang penjualan dan pembuatan senjata mainan adalah bagian dari program pemerintah untuk melindungi korban kekerasan, yang dinilai unik di Amerika Latin.

Program ini meluncurkan sebuah kampanye menentang mainan seperti itu di Ceilandia, kota paling berdarah di Distrik Federal itu.

Anak-anak diminta untuk menyerahkan senjata mainan mereka untuk ditukar dengan buku.

Pemerintah setempat menetapkan batas waktu empat bulan dan memberikan insentif perdagangan kepada toko-toko yang memiliki stok senjata mainan yang tidak bisa lagi mereka jual.

Pada tahun 2005, pemerintah mantan Presiden Luiz Inacio Lula da Silva (2003--2010) menyerukan referendum untuk melarang penjualan senjata api nasional, tetapi kalah dengan suara 64 persen menentang.

Sejak kampanye pelucutan senjata sukarela yang diberlakukan pada tahun 2004, pemerintah telah menarik lebih dari 600 ribu senjata api yang beredar di negara itu.

(G003)