Rupiah merosot menjelang risalah pertemuan FOMC AS
20 Februari 2024 18:24 WIB
Petugas menunjukkan uang dolar AS dan uang rupiah di salah satu kantor cabang PT Bank Mandiri Persero Tbk, Jakarta, Selasa (31/1/2023). Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta merosot 33 poin atau 0,22 persen ke posisi Rp15.003 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp14.970 per dolar AS. ANTARA FOTO/Reno Esnir/tom
Jakarta (ANTARA) - Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada Selasa, ditutup merosot menjelang risalah pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) terutama terkait suku bunga kebijakan AS atau Fed Funds Rate (FFR).
Pada akhir perdagangan Selasa, rupiah ditutup tergelincir 29 poin atau 0,19 persen menjadi Rp15.660 per dolar AS dari sebelumnya sebesar Rp15.631 per dolar AS.
"Suasana kehati-hatian pasar menunggu pertemuan FOMC, juga memicu kenaikan pada kinerja dolar AS dan menekan pergerakan rupiah," kata analis ICDX Taufan Dimas Hareva, di Jakarta, Selasa.
Risalah pertemuan FOMC akan memberikan penjelasan rinci tentang alasan mempertahankan suku bunga utama tidak berubah di kisaran 5,25 persen sampai dengan 5,50 persen pada bulan Januari.
Menurut Taufan, melalui risalah FOMC tersebut, pelaku pasar juga menantikan prospek baru terkait suku bunga acuan AS.
Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan bahwa indeks harga konsumen (consumer price index) AS naik 3,1 persen dari tahun lalu di bulan Januari, turun dari 3,4 persen di bulan Desember. Namun, pertumbuhan tersebut masih lebih tinggi dari perkiraan para ekonom sebesar 2,9 persen.
Data inflasi yang lebih tinggi dari perkiraan mendorong dolar AS dan imbal Hasil Treasury menghilangkan peluang penurunan suku bunga Federal Reserve pada bulan Maret.
Menurut pendapat analis, pasar keuangan AS sedang menyesuaikan diri dengan tingkat suku bunga AS yang lebih tinggi dengan jangka waktu lebih lama.
Sedangkan Kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia pada Selasa melemah ke level Rp15.659 per dolar AS dari sebelumnya Rp15.630 per dolar AS.
Baca juga: Rupiah cenderung menguat sebab meningkatnya sentimen risk-on di China
Baca juga: Kurs rupiah melemah di tengah pasar nantikan rilis data PDB AS
Pada akhir perdagangan Selasa, rupiah ditutup tergelincir 29 poin atau 0,19 persen menjadi Rp15.660 per dolar AS dari sebelumnya sebesar Rp15.631 per dolar AS.
"Suasana kehati-hatian pasar menunggu pertemuan FOMC, juga memicu kenaikan pada kinerja dolar AS dan menekan pergerakan rupiah," kata analis ICDX Taufan Dimas Hareva, di Jakarta, Selasa.
Risalah pertemuan FOMC akan memberikan penjelasan rinci tentang alasan mempertahankan suku bunga utama tidak berubah di kisaran 5,25 persen sampai dengan 5,50 persen pada bulan Januari.
Menurut Taufan, melalui risalah FOMC tersebut, pelaku pasar juga menantikan prospek baru terkait suku bunga acuan AS.
Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan bahwa indeks harga konsumen (consumer price index) AS naik 3,1 persen dari tahun lalu di bulan Januari, turun dari 3,4 persen di bulan Desember. Namun, pertumbuhan tersebut masih lebih tinggi dari perkiraan para ekonom sebesar 2,9 persen.
Data inflasi yang lebih tinggi dari perkiraan mendorong dolar AS dan imbal Hasil Treasury menghilangkan peluang penurunan suku bunga Federal Reserve pada bulan Maret.
Menurut pendapat analis, pasar keuangan AS sedang menyesuaikan diri dengan tingkat suku bunga AS yang lebih tinggi dengan jangka waktu lebih lama.
Sedangkan Kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia pada Selasa melemah ke level Rp15.659 per dolar AS dari sebelumnya Rp15.630 per dolar AS.
Baca juga: Rupiah cenderung menguat sebab meningkatnya sentimen risk-on di China
Baca juga: Kurs rupiah melemah di tengah pasar nantikan rilis data PDB AS
Pewarta: Martha Herlinawati Simanjuntak
Editor: Budisantoso Budiman
Copyright © ANTARA 2024
Tags: