Jakarta (ANTARA) - PT Smart Cakrawala Aviation (Smart Aviation) bersama Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menggunakan teknologi modifikasi cuaca untuk menanggulangi banjir yang melanda Kabupaten Demak, Jawa Tengah.

“Proyek ini masih berjalan, yaitu di Semarang, dikhususkan untuk menanggulangi banjir di Demak. Ini proyeknya dari BNPB, permintaan,” ujar General Manager Smart Aviation Sonia Erlyn Nasution di Jakarta, Selasa.

Sonia menjelaskan bahwa teknologi modifikasi cuaca bukan hanya untuk penyemaian agar turun hujan, melainkan juga dapat digunakan untuk mencegah cuaca ekstrem seperti hujan lebat di suatu daerah, hingga mencegah potensi bencana akibat hujan lebat.

Oleh karena itu, dalam situasi penanggulangan banjir di Demak, Sonia mengatakan Smart Aviation turut berkontribusi dalam hal menyediakan ahli yang bekerja dengan berbagai lembaga pemerintah yang diminta ikut oleh BNPB, baik bersama BMKG maupun BRIN; teknologi modifikasi cuaca; serta pesawat.

Baca juga: Pengungsi banjir di jalur Pantura Demak dipindahkan secara persuasif

Dalam kesempatan tersebut, Sonia mengungkapkan bahwa pada 2024, Smart Aviation telah terlibat dalam dua proyek modifikasi cuaca, yakni untuk menanggulangi banjir di Demak dan di Jakarta.

Pada 2023, kata dia, Smart Aviation sudah terlibat dalam 20 proyek teknologi modifikasi cuaca, baik melalui kerja samanya dengan pemerintah maupun pihak swasta. Tingginya jumlah proyek tersebut diakibatkan oleh El Nino atau kemarau panjang yang melanda Indonesia.

“Kemarin proyeknya rata, di kawasan Sumatera, Jawa, Kalimantan, kami ada semuanya. Bahkan ada yang di Sulawesi,” kata Sonia.

Baca juga: Jalur Pantura Demak-Kudus diuji coba dibuka usai banjir surut

Sebelumnya, masa tanggap darurat bencana banjir di Kabupaten Demak dan Kudus, Jawa Tengah, diperpanjang selama 14 hari ke depan berdasarkan hasil keputusan rapat posko utama yang dipimpin Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Selasa.

“Ya, diperpanjang mulai hari ini hingga 14 hari ke depan. Atau sampai air benar-benar kering sehingga masyarakat bisa kembali ke rumah masing-masing,” kata Kepala Pusat Data BNPB Abdul Muhari di Jakarta, Selasa.

Ia menjelaskan, selama masa tanggap darurat itu pemerintah mengintensifkan tindakan pengeringan air yang sejak 5 Februari sampai saat ini masih merendam ribuan rumah penduduk, dua ribu hektare lebih lahan pertanian, tambak, dan fasilitas umum.