BRIN dorong pengembangan kebun raya daerah untuk konservasi tumbuhan
19 Februari 2024 14:55 WIB
Ilustrasi - Petugas menjelaskan jenis tanaman mangrove kepada siswa SMP di Kebun Raya Mangrove Gunung Anyar, Surabaya, Jawa Timur. ANTARA/Rizal Hanafi
Jakarta (ANTARA) - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mendorong pengembangan kebun raya daerah untuk konservasi tumbuhan sebagai upaya meningkatkan spesies terkonservasi di Indonesia.
Deputi Bidang Pemanfaatan Riset dan Inovasi BRIN R. Hendrian mengatakan Global Strategy for Plant Conservation (GSPC) menargetkan capaian konservasi sebesar 75 persen pada tahun 2020, namun sampai kini angkanya hanya berkisar antara 15-20 persen saja.
"Konservasi spesies masih perlu upaya yang sangat keras," ujarnya dalam kegiatan penandatanganan kolaborasi riset antara BRIN dengan Yayasan Konservasi Cakrawala Indonesia (YKCI) di Gedung BJ Habibie, Jakarta, Senin.
Hendrian mengatakan pihaknya saat ini mendampingi sebanyak 48 kebun raya daerah agar pengelolaan puluhan kebun raya tersebut bisa berlangsung dengan baik.
Menurutnya, banyak kasus kebun raya hanya gunting pita saja dan menjadi prestasi bagi kepala daerah, lalu tahun kedua atau ketiga sudah tidak ada kabar lagi.
Baca juga: Keberlanjutan ekonomi dan konservasi di kebun raya daerah
Baca juga: LIPI evaluasi pembangunan 14 kebun raya daerah
BRIN mendampingi 48 kebun raya untuk memastikan kegiatan konservasi tumbuhan bisa berlangsung secara berkelanjutan.
"Kami berharap ini benar-benar menjadi satu inisiatif untuk mendorong konservasi dalam hal ini keanekaragaman tumbuhan," kata Hendrian.
"BRIN tidak bisa melakukan ini sendirian, saya kira kita harus bersama-sama bahu membahu untuk menjadikan pemanfaatan sumber daya hayati menjadi salah satu penopang pembangunan nasional ini bisa menjadi satu hal yang dapat diwujudkan," imbuhnya.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 93 Tahun 2011, kawasan konservasi tumbuhan secara eksitu yang memiliki koleksi tumbuhan terdokumentasi dan ditata berdasarkan pola klasifikasi taksonomi, bioregion, tematik atau kombinasi dari pola-pola tersebut untuk tujuan kegiatan konservasi, penelitian, pendidikan, wisata, dan jasa lingkungan.
Baca juga: Pemkab Bulungan mengembangkan kebun raya tematik dan terintegrasi
Baca juga: Pemkab Sigi percepat realisasi pembangunan kebun raya
BRIN menjadikan kebun raya sebagai tempat untuk mengembangkan konservasi pada jenis-jenis yang masuk dalam Red List International Union for Conservation of Nature (IUCN).
Senior Ocean Program Lead Yayasan Konservasi Cakrawala Indonesia (YKCI) Victor Nikijuluw mengatakan jaringan riset yang kurang kuat menjadi tantangan utama Indonesia dalam melakukan aksi konservasi.
YKCI mengembangkan citizen science atau pelibatan masyarakat dalam pengumpulan data spesies. Metodologi yang dikembangkan oleh YKCI lantas dikembangkan oleh masyarakat untuk mendukung kegiatan konservasi.
"Jadi, ada banyak hal pendekatan yang bisa kita lakukan nanti untuk mendukung pemerintah terutama BRIN agar konservasi spesies semakin baik," pungkas Victor.
Baca juga: Menengok keunikan Kebun Raya Mangrove pertama di Indonesia
Baca juga: BRIN bantu pencatatan jenis mangrove di Kebun Raya Surabaya
Baca juga: Megawati ingin bibit tanaman bisa terdata secara detail, tak mudah diperjualbelikan
Deputi Bidang Pemanfaatan Riset dan Inovasi BRIN R. Hendrian mengatakan Global Strategy for Plant Conservation (GSPC) menargetkan capaian konservasi sebesar 75 persen pada tahun 2020, namun sampai kini angkanya hanya berkisar antara 15-20 persen saja.
"Konservasi spesies masih perlu upaya yang sangat keras," ujarnya dalam kegiatan penandatanganan kolaborasi riset antara BRIN dengan Yayasan Konservasi Cakrawala Indonesia (YKCI) di Gedung BJ Habibie, Jakarta, Senin.
Hendrian mengatakan pihaknya saat ini mendampingi sebanyak 48 kebun raya daerah agar pengelolaan puluhan kebun raya tersebut bisa berlangsung dengan baik.
Menurutnya, banyak kasus kebun raya hanya gunting pita saja dan menjadi prestasi bagi kepala daerah, lalu tahun kedua atau ketiga sudah tidak ada kabar lagi.
Baca juga: Keberlanjutan ekonomi dan konservasi di kebun raya daerah
Baca juga: LIPI evaluasi pembangunan 14 kebun raya daerah
BRIN mendampingi 48 kebun raya untuk memastikan kegiatan konservasi tumbuhan bisa berlangsung secara berkelanjutan.
"Kami berharap ini benar-benar menjadi satu inisiatif untuk mendorong konservasi dalam hal ini keanekaragaman tumbuhan," kata Hendrian.
"BRIN tidak bisa melakukan ini sendirian, saya kira kita harus bersama-sama bahu membahu untuk menjadikan pemanfaatan sumber daya hayati menjadi salah satu penopang pembangunan nasional ini bisa menjadi satu hal yang dapat diwujudkan," imbuhnya.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 93 Tahun 2011, kawasan konservasi tumbuhan secara eksitu yang memiliki koleksi tumbuhan terdokumentasi dan ditata berdasarkan pola klasifikasi taksonomi, bioregion, tematik atau kombinasi dari pola-pola tersebut untuk tujuan kegiatan konservasi, penelitian, pendidikan, wisata, dan jasa lingkungan.
Baca juga: Pemkab Bulungan mengembangkan kebun raya tematik dan terintegrasi
Baca juga: Pemkab Sigi percepat realisasi pembangunan kebun raya
BRIN menjadikan kebun raya sebagai tempat untuk mengembangkan konservasi pada jenis-jenis yang masuk dalam Red List International Union for Conservation of Nature (IUCN).
Senior Ocean Program Lead Yayasan Konservasi Cakrawala Indonesia (YKCI) Victor Nikijuluw mengatakan jaringan riset yang kurang kuat menjadi tantangan utama Indonesia dalam melakukan aksi konservasi.
YKCI mengembangkan citizen science atau pelibatan masyarakat dalam pengumpulan data spesies. Metodologi yang dikembangkan oleh YKCI lantas dikembangkan oleh masyarakat untuk mendukung kegiatan konservasi.
"Jadi, ada banyak hal pendekatan yang bisa kita lakukan nanti untuk mendukung pemerintah terutama BRIN agar konservasi spesies semakin baik," pungkas Victor.
Baca juga: Menengok keunikan Kebun Raya Mangrove pertama di Indonesia
Baca juga: BRIN bantu pencatatan jenis mangrove di Kebun Raya Surabaya
Baca juga: Megawati ingin bibit tanaman bisa terdata secara detail, tak mudah diperjualbelikan
Pewarta: Sugiharto Purnama
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2024
Tags: