"Dimana kebutuhan oxygen juga meningkat sesuai dengan proyek yang ada di Kalimantan yang terus meningkat," ujar Direktur Utama SBMA Rini Dwiyanti sebagaimana keterangan yang diterima di Jakarta, Senin.
Rini menyebut perseroan telah menambah alat kerja seperti tabung acetylene dan truck untuk memenuhi kebutuhan atas permintaan produk-produk yang meningkat.
Setelah terealisasinya alat kerja seperti lorry tank, isotank, truck, tabung, menurutnya, perseroan optimistis untuk memenangkan tender dan penetrasi pasar, karena affability faktor dan reliabilitas faktor meningkat.
“Untuk itu, perseroan melakukan koordinasi kepada supplier pengadaan alat kerja baru, untuk dapat mengirimkan alat kerja baru sampai di lokasi operasional tepat waktu,” ujar Rini.
Pada awal 2024, perseroan membuat budget dengan orientasi pertama yaitu meningkatkan penjualan liquid di pasar yang selama ini kurang maksimal untuk supply barangnya.
“Saat ini perseroan sedang mengikuti beberapa tender, dan sudah ada addendum baru dari kontrak lama tentunya dengan harga baru,” ujar Rini.
Setelah Pabrik Air Separation Plant (Pabrik ASP) baru terealisasi, lanjutnya, hasil produksi perseroan langsung terserap ke pasar dengan kenaikannya bertahap.
Pihaknya optimistis permintaan pasar akan semakin meningkat setelah realisasi pembelian peralatan kerja seperti lorry tank, isotank, truck, tabung.
“Sebagai gambaran saja, penjualan karbondioksida (CO2) tergantung kebutuhan dari proyek yang di Pulau Kalimantan, akan semakin meningkat setelah Pemilihan Umum (Pemilu) selesai," ujar Rini.
Ia menyebutkan perseroan mulai merasakan dampak terealisasinya penjualan liquid CO2 kepada pabrik semen yang ada di Pulau Kalimantan, seperti Kobexindo dan Indocement.
Baca juga: Bahlil pastikan kawal realisasi pabrik petrokimia Cilegon
Baca juga: Kemenperin mau setop rencana penghentian pabrik plastik "virgin"
Baca juga: PGN Subholding Gas Pertamina penuhi kebutuhan gas Petrokimia Gresik