Diaspora rayakan 128 tahun kedatangan orang Jawa di Kaledonia Baru
18 Februari 2024 18:20 WIB
Konjen RI di Noumea, Bambang Gunawan, Wali Kota La Foa, Florence Rolland, beserta para tokoh dan diaspora Indonesia berfoto bersama setelah meletakkan karangan bunga di depan monumen kedatangan pekerja Indonesia di Kaledonia Baru, Jumat (16/2/2024). (ANTARA/HO-Konjen RI Noumea)
Jakarta (ANTARA) - Diaspora Indonesia memperingati 128 tahun kedatangan orang Jawa tiba di Kaledonia Baru.
Kedatangan orang Jawa pertama ke Kaledonia Baru dimulai pada 16 Februari 1896 saat Prancis meminta pemerintah kolonial Belanda untuk mendatangkan pekerja kontrak dari Pulau Jawa untuk bekerja sebagai buruh perkebunan, peternakan dan pertambangan nikel di wilayah Prancis di Pasifik, tepatnya di sebelah timur Benua Australia.
Saat ini masih ada sekitar 4.000 orang di Kaledonia Baru yang mengaku sebagai keturunan Jawa, menurut siaran pers Konsulat Jenderal RI di Noumea pada Ahad.
Disebutkan bahwa sebagian besar dari mereka masih berbahasa Jawa dan selebihnya berbahasa Prancis.
Saat ini generasi muda keturunan Jawa menikmati kehidupan yang lebih baik dari generasi sebelumnya, menurut siaran pers itu.
Tanggal 16 Februari dirayakan sebagai hari kedatangan orang Jawa di Kaledonia Baru yang diramaikan dengan acara “Jamuan Sesepuh” sebagai penghargaan dari generasi muda kepada generasi pendahulunya.
Kedatangan orang Jawa secara bertahap membentuk komunitas Indonesia yang kuat di Kaledonia Baru, meski awalnya menghadapi tantangan dalam beradaptasi dengan budaya dan lingkungan baru. Mereka berhasil memberikan kontribusi positif bagi pembangunan negara tersebut, menurut siaran pers itu.
Disebutkan pula bahwa pengakuan dan penghargaan pemerintah Kaledonia Baru terhadap sumbangsih masyarakat Indonesia tercermin dari pembangunan monumen peringatan kedatangan orang Indonesia di delapan kota di Kaledonia Baru.
Pada Jumat lalu (16/2), pemerintah Kota Paita dan Asosiasi Masyarakat Indonesia di Paita berkolaborasi menggelar upacara peringatan di halaman balai kota setempat, di mana berdiri monumen 100 tahun peringatan keberadaan orang Indonesia di Kaledonia Baru, khusus di Kota Paita.
Pada hari yang sama, Persatuan Masyarakat Indonesia dan Keturunannya (PMIK) bekerja sama dengan pemerintah Kota Noumea mengadakan acara serupa di Valon du Gaz, Noumea.
Sebagai penghormatan kepada leluhur yang menjadi perintis kedatangan orang Indonesia di Kaledonia Baru, Komunitas Indonesia di Kaledonia Baru mengadakan acara “Jamuan Sesepuh” di Kota La Foa, yang berjarak sekitar 100 km dari Noumea.
Kegiatan yang menampilkan seni budaya Jawa dan Indonesia itu juga menyuguhkan berbagai hidangan khas Indonesia.
Acara itu sekaligus menjadi ajang penghormatan kepada para sesepuh Jawa yang telah berjuang memberikan warisan berharga bagi generasi mendatang di Kaledonia Baru, menurut siaran pers tersebut.
Baca juga: KJRI Noumea adakan pelatihan mengolah singkong di Kaledonia Baru
Baca juga: Banyak pejabat Kaledonia Baru keturunan Jawa
Kedatangan orang Jawa pertama ke Kaledonia Baru dimulai pada 16 Februari 1896 saat Prancis meminta pemerintah kolonial Belanda untuk mendatangkan pekerja kontrak dari Pulau Jawa untuk bekerja sebagai buruh perkebunan, peternakan dan pertambangan nikel di wilayah Prancis di Pasifik, tepatnya di sebelah timur Benua Australia.
Saat ini masih ada sekitar 4.000 orang di Kaledonia Baru yang mengaku sebagai keturunan Jawa, menurut siaran pers Konsulat Jenderal RI di Noumea pada Ahad.
Disebutkan bahwa sebagian besar dari mereka masih berbahasa Jawa dan selebihnya berbahasa Prancis.
Saat ini generasi muda keturunan Jawa menikmati kehidupan yang lebih baik dari generasi sebelumnya, menurut siaran pers itu.
Tanggal 16 Februari dirayakan sebagai hari kedatangan orang Jawa di Kaledonia Baru yang diramaikan dengan acara “Jamuan Sesepuh” sebagai penghargaan dari generasi muda kepada generasi pendahulunya.
Kedatangan orang Jawa secara bertahap membentuk komunitas Indonesia yang kuat di Kaledonia Baru, meski awalnya menghadapi tantangan dalam beradaptasi dengan budaya dan lingkungan baru. Mereka berhasil memberikan kontribusi positif bagi pembangunan negara tersebut, menurut siaran pers itu.
Disebutkan pula bahwa pengakuan dan penghargaan pemerintah Kaledonia Baru terhadap sumbangsih masyarakat Indonesia tercermin dari pembangunan monumen peringatan kedatangan orang Indonesia di delapan kota di Kaledonia Baru.
Pada Jumat lalu (16/2), pemerintah Kota Paita dan Asosiasi Masyarakat Indonesia di Paita berkolaborasi menggelar upacara peringatan di halaman balai kota setempat, di mana berdiri monumen 100 tahun peringatan keberadaan orang Indonesia di Kaledonia Baru, khusus di Kota Paita.
Pada hari yang sama, Persatuan Masyarakat Indonesia dan Keturunannya (PMIK) bekerja sama dengan pemerintah Kota Noumea mengadakan acara serupa di Valon du Gaz, Noumea.
Sebagai penghormatan kepada leluhur yang menjadi perintis kedatangan orang Indonesia di Kaledonia Baru, Komunitas Indonesia di Kaledonia Baru mengadakan acara “Jamuan Sesepuh” di Kota La Foa, yang berjarak sekitar 100 km dari Noumea.
Kegiatan yang menampilkan seni budaya Jawa dan Indonesia itu juga menyuguhkan berbagai hidangan khas Indonesia.
Acara itu sekaligus menjadi ajang penghormatan kepada para sesepuh Jawa yang telah berjuang memberikan warisan berharga bagi generasi mendatang di Kaledonia Baru, menurut siaran pers tersebut.
Baca juga: KJRI Noumea adakan pelatihan mengolah singkong di Kaledonia Baru
Baca juga: Banyak pejabat Kaledonia Baru keturunan Jawa
Pewarta: Asri Mayang Sari
Editor: Anton Santoso
Copyright © ANTARA 2024
Tags: