Semarang (ANTARA News) - Masyarakat akan tetap memilih naik sepeda motor untuk sarana transportasi sehari-hari meski ada mobil murah, kata pengamat transportasi Universitas Negeri Semarang Alfa Narendra.

"Masyarakat sebenarnya pilih sepeda motor lebih karena pertimbangan irit, praktis, dan efisien dibandingkan naik kendaraan umum," kata Kepala Laboratorium Transportasi Unnes tersebut di Semarang akhir pekan ini.

Menurut dia, kebijakan pemerintah terkait mobil murah ramah lingkungan (low cost green car/LCGC) justru akan semakin membuat rumit masalah kemacetan di kota-kota besar karena volume kendaraan kian padat.

Ia menyebutkan satu ruang di jalan yang dibutuhkan bagi satu sepeda motor minimal 1X2 meter, sementara ruang yang dibutuhkan untuk satu mobil tentunya lebih besar, setidaknya minimal 2,5X3 meter.

Belum lagi, kata dia, konsekuensi tidak langsung yang ditanggung pemerintah dengan membanjirnya mobil murah, seperti pembangunan, perbaikan, dan penambahan ruas jalan, serta penyediaan lahan parkir.

"Apa sekarang ini pemerintah sudah bisa memenuhinya? Kan belum. Bagaimana nanti jika mobil-mobil murah membanjiri jalan? Anggaran pemerintah untuk memenuhi konsekuensi atas kendaraan pribadi tak akan cukup," katanya.

Dia mengemukakan, jika pemerintah mampu menghadirkan moda transportasi massal yang murah dan nyaman tentunya masyarakat tidak akan menggunakan kendaraan pribadi.

Berkaitan dengan pembenahan moda transportasi massal, ia mengakui konsekuensinya memang biaya langsung yang besar yang harus ditanggung pemerintah, sebab pengalaman banyak negara angkutan umum pasti disubsidi.