Warga Demak yang mengungsi mulai pulang ke rumah
15 Februari 2024 17:37 WIB
Warga Desa Ketanjung, Kecamatan Karanganyar, Kabupaten Demak, Jawa Tengah, membersihkan rumah setelah sepekan tergenang banjir, Kamis (15/2/2024). ANTARA/Akhmad Nazaruddin Lathif
Demak (ANTARA) - Sejumlah warga Kecamatan Karanganyar, Kabupaten Demak, Jawa Tengah, yang terdampak banjir dan harus mengungsi mulai pulang ke rumahnya karena genangan banjir mulai surut.
Faiz, salah seorang warga Desa Ketanjung, Kecamatan Karanganyar, Demak, Kamis, mengaku sudah pulang ke rumah sejak Rabu (14/2), meskipun di dalam rumah masih ada genangan air setinggi 10 centimeter.
"Hari ini (15/2) mulai bersih-bersih rumah, kebetulan teman dari tempat kerja juga datang ikut membantu karena sejak awal genangan banjir memang sampai atap rumah," ujarnya.
Selama banjir, dia bersama keluarga mengungsi di tempat saudaranya di Desa Tanjung Karang, Kecamatan Jati, Kudus.
Nasib berbeda dialami Sri Tampi yang merupakan warga Desa Karanganyar, Kecamatan Karanganyar, yang mengaku belum bisa balik ke rumahnya karena genangan banjirnya masih setinggi leher orang dewasa.
Baca juga: Kemensos tambah bantuan dan dapur umum untuk korban banjir Demak
Baca juga: Polisi: Pembukaan Jalur Pantura Demak tunggu banjir benar-benar surut
"Padahal, saya sudah mengungsi sejak Kamis (8/2) hingga sekarang belum juga bisa pulang ke rumah," ujarnya sedih.
Camat Jati Kabupaten Kudus, Fiza Akbar, mengakui jumlah warga Demak yang mengungsi di Kabupaten Kudus masih cukup banyak.
Hasil pendataan per Kamis (15/2), jumlahnya justru bertambah hingga mencapai 3.805 jiwa, sedangkan pada Selasa (13/2) hanya 3.393 jiwa.
"Kalaupun ada yang balik ke rumah, biasanya suaminya saja untuk mengecek kondisi rumah, termasuk untuk memastikan keamanan barang-barang berharga," ujarnya.
Dalam rangka mempercepat surutnya genangan banjir di Desa Ketanjung dan Karanganyar, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia menyiapkan sebanyak 22 unit pompa penyedot air dengan total kapasitas 11.500 liter per detik.
Awalnya mesin pompa penyedot yang dihadirkan berjumlah 11 unit, kemudian ditambah lagi menjadi 22 unit setelah mendatangkan pompa tambahan dari Solo, Surabaya, Cirebon, dan Jakarta.
Baca juga: BRIN paparkan dampak buruk pengambilan air tanah berlebihan
Baca juga: Menteri PUPR: Titik tanggul jebol di Sungai Wulan Demak sudah ditutup
Faiz, salah seorang warga Desa Ketanjung, Kecamatan Karanganyar, Demak, Kamis, mengaku sudah pulang ke rumah sejak Rabu (14/2), meskipun di dalam rumah masih ada genangan air setinggi 10 centimeter.
"Hari ini (15/2) mulai bersih-bersih rumah, kebetulan teman dari tempat kerja juga datang ikut membantu karena sejak awal genangan banjir memang sampai atap rumah," ujarnya.
Selama banjir, dia bersama keluarga mengungsi di tempat saudaranya di Desa Tanjung Karang, Kecamatan Jati, Kudus.
Nasib berbeda dialami Sri Tampi yang merupakan warga Desa Karanganyar, Kecamatan Karanganyar, yang mengaku belum bisa balik ke rumahnya karena genangan banjirnya masih setinggi leher orang dewasa.
Baca juga: Kemensos tambah bantuan dan dapur umum untuk korban banjir Demak
Baca juga: Polisi: Pembukaan Jalur Pantura Demak tunggu banjir benar-benar surut
"Padahal, saya sudah mengungsi sejak Kamis (8/2) hingga sekarang belum juga bisa pulang ke rumah," ujarnya sedih.
Camat Jati Kabupaten Kudus, Fiza Akbar, mengakui jumlah warga Demak yang mengungsi di Kabupaten Kudus masih cukup banyak.
Hasil pendataan per Kamis (15/2), jumlahnya justru bertambah hingga mencapai 3.805 jiwa, sedangkan pada Selasa (13/2) hanya 3.393 jiwa.
"Kalaupun ada yang balik ke rumah, biasanya suaminya saja untuk mengecek kondisi rumah, termasuk untuk memastikan keamanan barang-barang berharga," ujarnya.
Dalam rangka mempercepat surutnya genangan banjir di Desa Ketanjung dan Karanganyar, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia menyiapkan sebanyak 22 unit pompa penyedot air dengan total kapasitas 11.500 liter per detik.
Awalnya mesin pompa penyedot yang dihadirkan berjumlah 11 unit, kemudian ditambah lagi menjadi 22 unit setelah mendatangkan pompa tambahan dari Solo, Surabaya, Cirebon, dan Jakarta.
Baca juga: BRIN paparkan dampak buruk pengambilan air tanah berlebihan
Baca juga: Menteri PUPR: Titik tanggul jebol di Sungai Wulan Demak sudah ditutup
Pewarta: Akhmad Nazaruddin
Editor: Riza Mulyadi
Copyright © ANTARA 2024
Tags: