Jakarta (ANTARA News) - Kebijakan pemerintah tentang produksi massal mobil rendah biaya ramah lingkungan (low cost green car/LCGC) telah digulirkan, yang dinilai pengamat transportasi, Satya Saptaputra, sebagai hal yang, "Tidak bisa berdiri sendiri, harus didukung banyak pranata lain."
Dia mengurai, di sela Indonesia International Motor Show 2013 (IIMS 2013) di Jakarta, Jumat malam, sejak dari penyempurnaan infrastruktur lalu-lintas dan logistik, sistem transportasi massal yang terpadu, aman, nyaman, dan dapat diandalkan, hingga perilaku berkendara di jalan.
Dia menilai, tidak akan ada penyelesaian jangka pendek kemacetan jalan raya di kota-kota besar di Tanah Air. "Cukup naif jika dikatakan LCGC bisa menambah kemacetan di Jakarta. Selain unsur-unsur itu, rancangan tata kota dan tata ruang juga berdampak serius termasuk penegakan aturan terkait hal ini," katanya.
Dia mencontohkan, jalan-jalan tol alias bebas hambatan dalam kota sudah bukan menjadi kecenderungan utama untuk mengentaskan kemacetan di kota-kota besar dunia. Jakarta terkenal dengan bottle neck atas kemacetan lalu lintas ini, di antaranya pengurangan jalur di banyak jalan raya dan jalan tol.
"Upaya pemerintah tentang LCGC ini layak diapresiasi juga, paling tidak kita lihat dari sisi bersahabat dengan lingkungannya. Ini menjadi tonggak juga yang harus diperhatikan bersama," katanya.
Banyak pabrikan dan prinsipal yang menyambut LCGC ini, di antaranya produk Toyota Agya, Daihatsu Ayla, Datsun Go dan Datsun Go+ (baru mengajukan sertifikasi), Suzuki Wagon R (masih mengajukan sertifikasi), dan Honda Brio Satya (dalam status sama).
Diprediksi, pasar mobil segmen harga di bawah Rp100 juta ini akan menyasar sekitar 10 persen pasar otomotif nasional, yang pada 2013 diperkirakan akan kembali tembus di atas 1,1 juta unit.
LCGC harus dipadu pranata lain
20 September 2013 22:25 WIB
Produk LCGC yang dipamerkan dalam IIMS 2013. (ANTARA News/Imansyah)
Pewarta: Ade P Marboen
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2013
Tags: