Jakarta (ANTARA News) - Pengungsi akibat letusan Gunung Sinabung di Kabupaten Karo, Sumatera Utara, membengkak menjadi 14.991 jiwa, meskipun ancaman erupsi masih kecil dan intensitas serta besaran letusan jauh lebih kecil dibandingkan erupsi pada 2010.

"Tentu ada faktor-faktor sosial, ekonomi dan teknis yang menyebabkan pengungsi terus bertambah. Sejak Rabu pagi (19/9) hingga sore Gunung Sinabung mengeluarkan asap putih keabuan," ujar Kepala Pusat Data Informasi Badan Nasional Penanggulangan Bencana. Sutopo Purwo Nugroho melalui pesan singkat di Jakarta, Rabu.

Sutopo mengatakan, berdasarkan Rapat Koordinasi dan evaluasi Posko Tanggap Darurat erupsi Gunung Sinabung, Rabu (18/9), total pengungsi sampai pukul 17.00 WIB yaitu 14.991 orang.

Dia menambahkan, untuk memperlancar koordinasi dan distribusi bantuan, titik pengungsian akan diperkecil dari 26 titik menjadi 16 titik pengungsian dan semua dipusatkan di Kabanjahe.

Dia mengemukakan, ke-16 titik pengungsian tersebut adalah Jambur Sempakata (2.308), Klasis GBKP (800), GBKP Kota/Gedung KKR (1.200), GBKP Kota/Gedung Serbaguna (239), Mesjid Istikar Barastagi (310), Mesjid Agung (182), Zentrum (339).

Selain itu, lanjut Sutopo, di GBKP Simpang VI (220), Paroki (50), Jambur Adil Makmur (1.904), Jambur Haloho (1.600), Jambur Dalihan Na Tolu (1.406), Jambur Pulungan (1.900), Jambur Payung (1.500), KWK Berastagi/Perempuan (537), Klass Berastagi/Laki-laki (496).

"Proses pembagian pengungsi di 16 titik berlangsung sampai Kamis (19/9) pagi, karena 75 persen dari pengungsi bekerja di ladang dan akan kembali ke tempat penampungan pada sore hari," katanya.

Menurutnya, untuk memperlancar informasi dan komunikasi pada masa tanggap darurat, Kodam I Bukit Barisan membagikan perangkat komunikasi berupa 16 buah HT (HandyTalk) kepada setiap koordinator pengungsi.

Sutopo menambahkan, Pemerintah Daerah Kabupaten Karo perlu menangani pengungsi dengan memberikan kebutuhan dasar.

"Sosialisasi harus segera disampaikan ke masyarakat agar mereka yang tinggal di daerah yang aman tidak perlu mengungsi. Pengungsi yang selalu dinamis bergerak dan pulang pergi menyebabkan kendala dalam pendataan," ujarnya.(*)