Pakar: Imigrasi dan isu identitas mainkan peran besar dalam pemilu AS
12 Februari 2024 23:35 WIB
Tangkapan layar - Lektor Kepala Ilmu Politik Universitas Tulane dan pendiri Brox Research Dr Brian Brox dalam diskusi daring "Election in Indonesia, the United States, and India: What is the Scorecard for the World's Three Largest Democracies," diikuti daring di Jakarta, Senin (12/2/2024). (Antara/Devi Nindy)
Jakarta (ANTARA) - Lektor Kepala Ilmu Politik Universitas Tulane dan pendiri Brox Research Dr Brian Brox menyebut imigrasi dan isu identitas budaya akan memainkan peran besar dalam pemilu Amerika Serikat.
Brox dalam diskusi daring "Election in Indonesia, the United States, and India: What is the Scorecard for the World's Three Largest Democracies," diikuti daring di Jakarta, Senin mengatakan imigrasi adalah masalah yang sangat serius bagi banyak orang AS.
Kebanyakan warga AS tinggal di daerah yang kurang berkembang secara ekonomi, dan mengalami dislokasi berbasis budaya dan identitas. Mereka lebih banyak melihat media, universitas dan pemerintahan banyak dijalankan oleh elit perkotaan.
Sehingga mereka mencari pemimpin populis yang kuat, dan antan presiden Donald Trump, menurut dia, telah mengisi peran tersebut dan akhirnya bentrokan identitas.
"Apakah Amerika akan menjadi negara yang lebih urban, lebih berpendidikan, bersemangat secara ekonomi, dan ramah terhadap imigran? Atau apakah Amerika akan menjadi negara yang lebih ramah terhadap Amerika dan orang-orang Amerika, dan orang-orang yang telah tinggal di sini untuk jangka waktu yang lebih lama, atau mungkin sudah lama berada di Amerika di sini selama beberapa generasi? Dan itulah pertarungan nyata antara visi mantan Presiden Trump dengan visi Presiden Biden dan Partai Demokrat Amerika," ujar Brox.
Oleh karenanya, jika ada pemilih yang berpendapat bahwa mengizinkan imigran masuk ke suatu negara dapat mengubah identitas budaya Amerika, Brox menilai mereka akan termotivasi dengan ketakutan.
"Namun di negara-negara bagian penting Amerika dan lembaga pemilihan umum, jika negara-negara bagian tersebut berdekatan dan politik identitas merupakan faktor kuncinya, ya, imigrasi dan masalah identitas budaya lainnya tentu akan memainkan peran terbesar dalam menentukan suara mereka," ujar dia.
Brox mengatakan pemilu antara Joe Biden dan Donald Trump akan sangat ketat. Khusus pemilih muslim di AS, banyak dari mereka berada di Michigan, Minnesota. Michigan bisa jadi menjadi persaingan yang sangat ketat, dan para pemilih tersebut akan kecewa dengan kebijakan luar negeri Presiden Biden terhadap konflik di Timur Tengah.
Brox juga menyoroti bahwa mantan presiden Trump bahkan lebih gigih membela Israel, dan memiliki hubungan yang lebih dekat dengan Perdana Menteri Netanyahu, dibandingkan dengan Biden. Sehingga ia tidak berpendapat para pemilih tersebut memilih Trump, karena sangat pro-Israel.
Akan tetapi, jika mereka gagal memilih Biden, dan tidak memberikan suaranya, maka pendukung Trump lainnya di Michigan dapat membuatnya unggul di negara bagian itu.
"Begitu banyak pemilu Amerika yang ditentukan oleh isu-isu dalam negeri dan banyak warga Amerika yang tidak berpikir luas tentang kebijakan luar negeri Amerika ketika memutuskan cara memilih. Namun imigrasi dan konflik di Timur Tengah tahun ini mungkin merupakan pengecualian dari kecenderungan tersebut," kata dia.
Baca juga: Dunia harus bersiap bila Trump menang Pilpres AS pada 2024
Baca juga: Ron DeSantis mundur dari pencalonan Pilpres AS, beralih dukung Trump
Brox dalam diskusi daring "Election in Indonesia, the United States, and India: What is the Scorecard for the World's Three Largest Democracies," diikuti daring di Jakarta, Senin mengatakan imigrasi adalah masalah yang sangat serius bagi banyak orang AS.
Kebanyakan warga AS tinggal di daerah yang kurang berkembang secara ekonomi, dan mengalami dislokasi berbasis budaya dan identitas. Mereka lebih banyak melihat media, universitas dan pemerintahan banyak dijalankan oleh elit perkotaan.
Sehingga mereka mencari pemimpin populis yang kuat, dan antan presiden Donald Trump, menurut dia, telah mengisi peran tersebut dan akhirnya bentrokan identitas.
"Apakah Amerika akan menjadi negara yang lebih urban, lebih berpendidikan, bersemangat secara ekonomi, dan ramah terhadap imigran? Atau apakah Amerika akan menjadi negara yang lebih ramah terhadap Amerika dan orang-orang Amerika, dan orang-orang yang telah tinggal di sini untuk jangka waktu yang lebih lama, atau mungkin sudah lama berada di Amerika di sini selama beberapa generasi? Dan itulah pertarungan nyata antara visi mantan Presiden Trump dengan visi Presiden Biden dan Partai Demokrat Amerika," ujar Brox.
Oleh karenanya, jika ada pemilih yang berpendapat bahwa mengizinkan imigran masuk ke suatu negara dapat mengubah identitas budaya Amerika, Brox menilai mereka akan termotivasi dengan ketakutan.
"Namun di negara-negara bagian penting Amerika dan lembaga pemilihan umum, jika negara-negara bagian tersebut berdekatan dan politik identitas merupakan faktor kuncinya, ya, imigrasi dan masalah identitas budaya lainnya tentu akan memainkan peran terbesar dalam menentukan suara mereka," ujar dia.
Brox mengatakan pemilu antara Joe Biden dan Donald Trump akan sangat ketat. Khusus pemilih muslim di AS, banyak dari mereka berada di Michigan, Minnesota. Michigan bisa jadi menjadi persaingan yang sangat ketat, dan para pemilih tersebut akan kecewa dengan kebijakan luar negeri Presiden Biden terhadap konflik di Timur Tengah.
Brox juga menyoroti bahwa mantan presiden Trump bahkan lebih gigih membela Israel, dan memiliki hubungan yang lebih dekat dengan Perdana Menteri Netanyahu, dibandingkan dengan Biden. Sehingga ia tidak berpendapat para pemilih tersebut memilih Trump, karena sangat pro-Israel.
Akan tetapi, jika mereka gagal memilih Biden, dan tidak memberikan suaranya, maka pendukung Trump lainnya di Michigan dapat membuatnya unggul di negara bagian itu.
"Begitu banyak pemilu Amerika yang ditentukan oleh isu-isu dalam negeri dan banyak warga Amerika yang tidak berpikir luas tentang kebijakan luar negeri Amerika ketika memutuskan cara memilih. Namun imigrasi dan konflik di Timur Tengah tahun ini mungkin merupakan pengecualian dari kecenderungan tersebut," kata dia.
Baca juga: Dunia harus bersiap bila Trump menang Pilpres AS pada 2024
Baca juga: Ron DeSantis mundur dari pencalonan Pilpres AS, beralih dukung Trump
Pewarta: Devi Nindy Sari Ramadhan
Editor: Guido Merung
Copyright © ANTARA 2024
Tags: