Jakarta (ANTARA News) - Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia terpilih Mirza Adityaswara menilai pengendalian impor tidak cukup hanya dilakukan melalui kenaikan tingkat suku bunga (BI rate), melainkan juga dengan dukungan pengetatan kebijakan fiskal.

"Kita harus kendalikan impor namun mengendalikan impor itu hanya dari suku bunga tidak bisa, kalau mau dengan suku bunga naiknya harus tinggi sekali, tapi itu kan tidak bijaksana," ujar Mirza saat ditemui usai rapat paripurna DPR RI di Jakarta, Selasa.

Menurut Mirza, jumlah impor Indonesia khususnya impor bahan bakar minyak (BBM) sudah terlalu tinggi sehingga memang perlu dilakukan pengurangan.

"Sebenarnya yang paling bermasalah di transsksi berjalan (current account) kita adalah impor migas. Jadi kebijakan jangka pendeknya bagaimana kita menyelesaikan impor BBM yang terlalu tinggi, sedangkan kebijakan jangka panjangnya bagaimana kita mencari sumber alternatif lain selain BBM, harus itu," kata Mirza.

Selain itu, ekspor Indonesia juga sedang menurun disebabkan harga komoditas yang juga sedang turun. Mirza memperkirakan, harga komoditas baru akan naik lagi dalam dua atau tiga tahun ke depan.

"Setelah perekonomian China dan India membaik, maka baru harga komoditi akan naik lagi," ujarnya.

Terkait kemungkinan adanya kenaikan BI rate lagi, Mirza menilai level BI rate 7,25 persen dan Fasbi rate saat ini sudah cukup untuk mengcover inflasi pada tahun 2014 mendatang.

"Kalau ekonom biasanya melihat, apakah Fasbi dan BI rate-nya sudah lebih tinggi dari pada inflasi tahun depan. Kalau inflasi tahun depan diperkirakan 5 persen, fasbi-nya sudah di 5,5 persen dan BI Rate di 7 persen itu sudah cukup," ujar Mirza.

(C005/B008)