Bayi ikut mengungsi akibat letusan gunung Sinabung
17 September 2013 13:43 WIB
Ilustrasi - Pengungsi Gunung Sinabung Pengungsi warga lereng Gunung Sinabung, tidur di Jambur (aula) Sempakata, Kab. Karo, Sumut, Senin (16/9). Tercatat sebanyak 6.259 pengungsi akibat erupsi Gunung Sinabung Minggu (15/9) dini hari. (FOTO ANTARA/Irsan Mulyadi)
Sukameriah, Sumut (ANTARA News) - Ucok, bayi yang masih berumur dua bulan penduduk Desa Sukameriah, Kecamatan Payung, Kabupaten Karo, Provinsi Sumatera Utara ikut menanggung penderitaan dan mengungsi, akibat meletusnya gunung Sinabung, Minggu (16/9) sekitar pukul 02.51.00 WIB.
Pemantauan ANTARA News di Posko Penampungan Pengungsi di Kecamatan Payung-- berjarak lebih kurang 24 km dari Kota Kabanjahe atau 102 km arah Selatan Kota Medan-- pada Selasa, bayi yang masih kelihatan merah dibalut kain tebal itu, sedang disusui ibunya Asli boru Simanullang (35).
Bayi jenis kelamin laki-laki itu, kelihatan tenang dan tidak menangis sedikitpun ketika berada dipangkuan ibunya di lokasi penampungan pengungsi korban letusan gunung Sinabung tersebut.
Dari jumlah 535 orang pengungsi Desa Sukameriah, terdiri dari anak-anak, remaja, orang dewasa dan orang tua lanjut usia. Seluruh warga pengungsi tersebut, dalam keadaan sehat, dan mendapat bantuan logistik berupa makanan, minuman, serta perlengkapan lainnya.
Selain itu, warga yang berada di lokasi penampungan tersebut juga didampingi tim medis kesehatan, mobil Palang Merah Indonesia (PMI) Cabang Medan, petugas Posko Pengamanan dari Kodim Karo, Batalion Rimba Raya dan petugas Camat Payung. Lokasi Posko penampungan pengungsi tersebut berjarak lebih kurang 20 meter dari Kantor Camat Payung.
Asli boru Manullang (35) ibu dari bayi Ucok (2 bulan) menyebutkan, anaknya yang nomor tiga itu, selama berada di lokasi penampungan tetap tenang dan tidak begitu rewel.
Menurut Asli, seolah-olah bayinnya itu, tahu sedang terjadinya musibah letusan gunung Sinabung. "Jika malam hari, bayinya tersebut harus memakai selimut kain tebal, karena udara cukup dingin dan lokasi penampugan pengungsi itu terbuka," ucap Asli.
Ketika ditanya saat terjadinya letusan gunung Sinabung, Asli mengatakan, pada Minggu dini hari itu, langsung meninggalkan rumah untuk menyelamatkan diri.
"Suara letusan gunung dan lahar berupa api, sangat jelas kelihatan, sehingga banyak penduduk yang takut dan meninggalkan lokasi kejadian tersebut," kata Ibu berprofesi pencari batu cadas itu.
Sinabung adalah gunung tertinggi di Sumatera Utara, dengan ketinggian sekitar 2.600 meter dan Gunung Sibayak puncak tertinggi kedua dengan ketinggian 2.040 meter.
Kedua gunung tersebut adalah gunung berapi aktif yang masih tersisa di Sumatera Utara. Gunung Sinabung terletak di Kecamatan Simpang Empat, sedangkan Gunung Sibayak di Kecamatan Berastagi.
Pada tanggal 3 September 2010, terjadi dua letusan. Letusan pertama terjadi sekitar pukul 04.45 WIB sedangkan letusan kedua terjadi sekitar pukul 18.00 WIB.
Pemantauan ANTARA News di Posko Penampungan Pengungsi di Kecamatan Payung-- berjarak lebih kurang 24 km dari Kota Kabanjahe atau 102 km arah Selatan Kota Medan-- pada Selasa, bayi yang masih kelihatan merah dibalut kain tebal itu, sedang disusui ibunya Asli boru Simanullang (35).
Bayi jenis kelamin laki-laki itu, kelihatan tenang dan tidak menangis sedikitpun ketika berada dipangkuan ibunya di lokasi penampungan pengungsi korban letusan gunung Sinabung tersebut.
Dari jumlah 535 orang pengungsi Desa Sukameriah, terdiri dari anak-anak, remaja, orang dewasa dan orang tua lanjut usia. Seluruh warga pengungsi tersebut, dalam keadaan sehat, dan mendapat bantuan logistik berupa makanan, minuman, serta perlengkapan lainnya.
Selain itu, warga yang berada di lokasi penampungan tersebut juga didampingi tim medis kesehatan, mobil Palang Merah Indonesia (PMI) Cabang Medan, petugas Posko Pengamanan dari Kodim Karo, Batalion Rimba Raya dan petugas Camat Payung. Lokasi Posko penampungan pengungsi tersebut berjarak lebih kurang 20 meter dari Kantor Camat Payung.
Asli boru Manullang (35) ibu dari bayi Ucok (2 bulan) menyebutkan, anaknya yang nomor tiga itu, selama berada di lokasi penampungan tetap tenang dan tidak begitu rewel.
Menurut Asli, seolah-olah bayinnya itu, tahu sedang terjadinya musibah letusan gunung Sinabung. "Jika malam hari, bayinya tersebut harus memakai selimut kain tebal, karena udara cukup dingin dan lokasi penampugan pengungsi itu terbuka," ucap Asli.
Ketika ditanya saat terjadinya letusan gunung Sinabung, Asli mengatakan, pada Minggu dini hari itu, langsung meninggalkan rumah untuk menyelamatkan diri.
"Suara letusan gunung dan lahar berupa api, sangat jelas kelihatan, sehingga banyak penduduk yang takut dan meninggalkan lokasi kejadian tersebut," kata Ibu berprofesi pencari batu cadas itu.
Sinabung adalah gunung tertinggi di Sumatera Utara, dengan ketinggian sekitar 2.600 meter dan Gunung Sibayak puncak tertinggi kedua dengan ketinggian 2.040 meter.
Kedua gunung tersebut adalah gunung berapi aktif yang masih tersisa di Sumatera Utara. Gunung Sinabung terletak di Kecamatan Simpang Empat, sedangkan Gunung Sibayak di Kecamatan Berastagi.
Pada tanggal 3 September 2010, terjadi dua letusan. Letusan pertama terjadi sekitar pukul 04.45 WIB sedangkan letusan kedua terjadi sekitar pukul 18.00 WIB.
Pewarta: Munawar Mandailing
Editor: Ella Syafputri
Copyright © ANTARA 2013
Tags: