Jakarta (ANTARA News) - Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia menilai perlu adanya inovasi pembiayaan terutama untuk petani kelapa sawit yang produktivitasnya masih di bawah rata-rata industri.

Dalam keterangan tertulis Kadin yang diterima di Jakarta, Senin, disampaikan bahwa permasalahan utama petani Indonesia antara lain adalah ketersediaan biaya pada saat diperlukan, disamping keterbatasan lahan, akses pasar dan teknologi.

Para petani sering menghadapi kesulitan likuiditas karena asset petani yang tidak bankable dan terbatasnya penjamin pinjaman (kolateral).

Masalah ini akan berakibat bencana yang sistemik bagi para petani dan di lain sisi pihak industri hilir pertanian sebagai mata rantai agribisnis akan terganggu, daya saing menurun, tidak adanya nilai tambah dan pertumbuhan ekonomi tidak berkembang.

KADIN bidang Agribisnis dan Pangan mengusulkan modul pendanaan agribisnis yang inovatif dan mampu memberikan tunjangan biaya hidup selama empat tahun yaitu selama periode tahap awal replanting (penanaman kembali).

Proses replanting masih segan dilakukan para petani disiati dengan penjaminan pembelian hasil panen dengan mekanisme harga yang fair sesuai dengan mekanisme yang telah ditetapkan pemerintah.

Dengan demikian, produktivitas Kebun Sawit Swadaya bisa ditingkatkan dari 2 ton per hektar per tahun menjadi 5 ton per hektar per tahun. Nilai peningkatan pendapatan bisa mencapai hingga 10 miliar dolar AS untuk 2 juta hektare.

Apabila pola ini dikembangkan di komoditas pertanian lainnya seperti padi, jagung, kedelai, gula tebu, hortikultura, peternakan dan lainnya, swasembada pangan diyakini akan segera terwujud. Peningkatan produktivitas pertanian sebanyak 20 persen juga diyakini dapat mengurangi emisi karbon dioksida 20 persen dan menekan kemiskinan hingga 20 persen dalam program "The New Vision of Agriculture" dapat tercapai.