IBL
Dua mata pisau aturan pemain asing IBL
Oleh Aditya Ramadhan
11 Februari 2024 22:02 WIB
Pebasket Rans Simba Bogor Devon Doekele Van Oostrum (tengah) berusaha melewati hadangan dua pebasket Kesatria Bengawan Solo Andre Rorimpandey (kiri) dan Kevin Moses Eliazer Poetiray (kanan) pada pertandingan Indonesia Basket League (IBL) 2024 di Gor Sritex Arena, Solo, Minggu (4/2/2024). ANTARA FOTO/Mohammad Ayudha/aww.
Jakarta (ANTARA) - Liga bola basket Tanah Air, Indonesia Basketball League (IBL) telah bergulir selama empat pekan dengan berbagai peraturan barunya yang memberikan warna tersendiri di kompetisi tersebut.
IBL musim 2024 berjalan tidak seperti pada musim-musim sebelumnya di mana laga dilangsungkan dalam tiap seri yang menyambangi berbagai kota di Indonesia. Kemeriahan pertandingan memang amat terasa berbeda di tiap pertandingan basket musim ini dengan digelarnya format laga kandang dan tandang.
Manajemen IBL yang sebelumnya menjadi penyelenggara pertandingan, kini menyerahkan pengelolaan laga pada masing-masing klub. Peraturan tersebut membuat setiap klub harus memiliki markas atau homebase sebagai laga kandang, sekaligus menjadi penyelenggara pertandingan.
Baca juga: Laga kandang-tandang jadi tantangan IBL 2024
Baca juga: Dirut IBL optimistis format kandang-tandang tingkatkan minat basket
Hal lainnya dari peraturan IBL yang sempat dikritisi sebelum dimulainya kompetisi adalah tentang regulasi pemain asing.
Jika pada musim sebelumnya IBL hanya memperbolehkan tim memiliki dua pemain asing dengan hanya satu pemain asing yang boleh bermain di lapangan, pada musim 2024 tiap tim diperbolehkan memiliki tiga pemain asing dengan dua orang yang berlaga di lapangan.
Ada pula peraturan mengenai pemain naturalisasi berdarah Indonesia yang dihitung sebagai pemain lokal.
Selain itu, peraturan mengenai batas menit bermain yang diperbolehkan untuk pemain asing pada setiap klub yang sebelumnya diterapkan oleh IBL, kini dihapuskan. Dua pemain asing yang diturunkan oleh tim di lapangan bebas memiliki menit bermain tanpa batas.
Aturan ini sebenarnya sudah menjadi tanda tanya sebelum IBL musim 2024 dimulai. Dua pemain asing dalam gim berjalan membuat pemain lokal hanya memiliki tiga slot di tiap pertandingan. Yang tentunya, bakal mengurangi menit bermain dari para pebasket Indonesia.
Di sinilah aturan pemain asing IBL tersebut bak pisau bermata dua, yang bisa saja menguntungkan, atau merugikan kompetisi basket nasional.
Baca juga: 39 pemain asing ramaikan IBL 2024
Baca juga: Pacific Caesar datangkan mantan pemain NBA untuk ramaikan IBL 2024
Selanjutnya: Dari sisi positifnya
Dari sisi positifnya, pertandingan IBL musim 2024 kerap berlangsung seru dengan laju permainan yang semakin intens.
Apalagi, aturan perekrutan pemain asing yang sebelumnya disediakan oleh manajemen IBL melalui sistem draft untuk dipilih klub, kini menjadi dibebaskan pada setiap tim untuk merekrut pemain asing manapun dengan syarat-syarat tertentu. Hal ini membuat tim-tim IBL bisa merekrut mantan pemain NBA yang jadi meningkatkan kualitas pertandingan.
Tensi permainan semakin tinggi, membuat para pemain lokal memiliki pengalaman bermain yang berbeda dengan musim-musim sebelumnya. Hal itu tentu saja memaksa para pemain lokal meningkatkan gaya permainannya menjadi lebih baik, untuk mengimbangi tim dengan dua pemain asing yang ada di lapangan.
Peningkatan permainan dari para pebasket lokal dibutuhkan tidak hanya saat laga berjalan, namun juga saat latihan.
Para pemain lokal harus bersaing satu sama lain untuk mendapatkan kepercayaan pelatih guna meraih menit bermain yang cukup dari tiga kuota pemain lokal yang bermain di lapangan. Yang harapannya tentu saja terjadi peningkatan kualitas permainan dari para pemain lokal tersebut.
Baca juga: Perbasi ingatkan klub taat prosedur perizinan rekrut pemain daerah
Namun di sisi lain, aturan itu bisa balik merugikan pemain lokal apabila tidak mendapatkan menit bermain yang cukup. Kesempatan mengembangkan kualitas permainan di tiap pertandingan menjadi terbatas pada setiap laga.
Alhasil, tidak sedikit pemain lokal yang tidak bisa menampilkan permainan terbaiknya pada saat pertandingan karena kurangnya menit bermain tersebut.
Pada empat pekan kompetisi IBL berlangsung, setidaknya sudah ada 36 pertandingan yang dimainkan oleh seluruh tim. Dari jumlah laga tersebut, tidak satupun ada nama pemain lokal yang tercantum di papan peringkat statistik per gim.
IBL melansir statistik teratas pemain dengan kategori poin per gim, rebound per gim, assist per gim, blok per gim, dan steal per gim. Dari setiap kategori tersebut, ditampilkan lima pemain dengan statistik tertinggi. Dan tak ada satupun nama pebasket Indonesia yang tercantum di sana.
Memang, ada beberapa pertandingan IBL yang menyuguhkan permainan para pemain lokal yang bersinar. Seperti pada pertandingan Satria Muda Pertamina Jakarta melawan Pelita Jaya Bakrie Jakarta pada 20 Januari lalu di mana tidak hanya pemain asingnya yang mampu mencetak dua digit angka, tapi juga sejumlah pemain lokal.
Baca juga: Satria Muda cetak 100 poin di kandang Pelita Jaya
Selanjutnya: Juga pada laga
Juga pada laga antara Pacific Caesar Surabaya melawan Borneo Hornbills di pekan keempat yang merupakan laga kemenangan perdana bagi tim asal Jawa Timur tersebut.
Pada laga itu, dua pemain lokal Pacific Muhammad Ariezky dan sang kapten Gregorio Wibowo mencetak dua digit poin. Sebelumnya, pelatih Pacific menekan para pemain lokal untuk meningkatkan performa lantaran selalu kalah sebanyak lima kali berturut-turut.
Namun seringnya, para pemain asinglah yang menjadi mesin poin utama pada setiap tim. Hal itu terbukti dari statistik poin per gim yang diisi oleh pemain asing seluruhnya pada daftar peringkat lima teratas.
Para pemain lokal memang benar-benar harus meningkatkan permainan bola basketnya agar laga-laga IBL tidak melulu menjadi pertunjukan para pemain asing. Kerja keras para pemain lokal dibutuhkan untuk dapat menit bermain lebih.
Baca juga: Satria Muda bertumpu pada pemain lokal di kompetisi IBL
Apalagi, Timnas Bola Basket Indonesia saat ini masih berharap pada para pemain lokal yang berkompetisi di IBL untuk membawa bendera Merah Putih di kancah internasional.
Jika hanya sedikit pebasket nasional yang mendapatkan menit bermain yang cukup selama kompetisi, semakin sedikit pula pilihan punggawa Timnas untuk memperjuangkan nama Indonesia di ajang olahraga level Asia Tenggara dan Asia.
Persatuan Bola Basket Seluruh Indonesia (Perbasi) saat ini memang memfokuskan pelatihan pebasket muda untuk dipersiapkan menjadi punggawa timnas di masa depan. Namun itu adalah proyek jangka panjang. Untuk jangka pendek, Indonesia masih mengandalkan para pemain IBL untuk berkompetisi.
IBL musim 2024 berjalan tidak seperti pada musim-musim sebelumnya di mana laga dilangsungkan dalam tiap seri yang menyambangi berbagai kota di Indonesia. Kemeriahan pertandingan memang amat terasa berbeda di tiap pertandingan basket musim ini dengan digelarnya format laga kandang dan tandang.
Manajemen IBL yang sebelumnya menjadi penyelenggara pertandingan, kini menyerahkan pengelolaan laga pada masing-masing klub. Peraturan tersebut membuat setiap klub harus memiliki markas atau homebase sebagai laga kandang, sekaligus menjadi penyelenggara pertandingan.
Baca juga: Laga kandang-tandang jadi tantangan IBL 2024
Baca juga: Dirut IBL optimistis format kandang-tandang tingkatkan minat basket
Hal lainnya dari peraturan IBL yang sempat dikritisi sebelum dimulainya kompetisi adalah tentang regulasi pemain asing.
Jika pada musim sebelumnya IBL hanya memperbolehkan tim memiliki dua pemain asing dengan hanya satu pemain asing yang boleh bermain di lapangan, pada musim 2024 tiap tim diperbolehkan memiliki tiga pemain asing dengan dua orang yang berlaga di lapangan.
Ada pula peraturan mengenai pemain naturalisasi berdarah Indonesia yang dihitung sebagai pemain lokal.
Selain itu, peraturan mengenai batas menit bermain yang diperbolehkan untuk pemain asing pada setiap klub yang sebelumnya diterapkan oleh IBL, kini dihapuskan. Dua pemain asing yang diturunkan oleh tim di lapangan bebas memiliki menit bermain tanpa batas.
Aturan ini sebenarnya sudah menjadi tanda tanya sebelum IBL musim 2024 dimulai. Dua pemain asing dalam gim berjalan membuat pemain lokal hanya memiliki tiga slot di tiap pertandingan. Yang tentunya, bakal mengurangi menit bermain dari para pebasket Indonesia.
Di sinilah aturan pemain asing IBL tersebut bak pisau bermata dua, yang bisa saja menguntungkan, atau merugikan kompetisi basket nasional.
Baca juga: 39 pemain asing ramaikan IBL 2024
Baca juga: Pacific Caesar datangkan mantan pemain NBA untuk ramaikan IBL 2024
Selanjutnya: Dari sisi positifnya
Dari sisi positifnya, pertandingan IBL musim 2024 kerap berlangsung seru dengan laju permainan yang semakin intens.
Apalagi, aturan perekrutan pemain asing yang sebelumnya disediakan oleh manajemen IBL melalui sistem draft untuk dipilih klub, kini menjadi dibebaskan pada setiap tim untuk merekrut pemain asing manapun dengan syarat-syarat tertentu. Hal ini membuat tim-tim IBL bisa merekrut mantan pemain NBA yang jadi meningkatkan kualitas pertandingan.
Tensi permainan semakin tinggi, membuat para pemain lokal memiliki pengalaman bermain yang berbeda dengan musim-musim sebelumnya. Hal itu tentu saja memaksa para pemain lokal meningkatkan gaya permainannya menjadi lebih baik, untuk mengimbangi tim dengan dua pemain asing yang ada di lapangan.
Peningkatan permainan dari para pebasket lokal dibutuhkan tidak hanya saat laga berjalan, namun juga saat latihan.
Para pemain lokal harus bersaing satu sama lain untuk mendapatkan kepercayaan pelatih guna meraih menit bermain yang cukup dari tiga kuota pemain lokal yang bermain di lapangan. Yang harapannya tentu saja terjadi peningkatan kualitas permainan dari para pemain lokal tersebut.
Baca juga: Perbasi ingatkan klub taat prosedur perizinan rekrut pemain daerah
Namun di sisi lain, aturan itu bisa balik merugikan pemain lokal apabila tidak mendapatkan menit bermain yang cukup. Kesempatan mengembangkan kualitas permainan di tiap pertandingan menjadi terbatas pada setiap laga.
Alhasil, tidak sedikit pemain lokal yang tidak bisa menampilkan permainan terbaiknya pada saat pertandingan karena kurangnya menit bermain tersebut.
Pada empat pekan kompetisi IBL berlangsung, setidaknya sudah ada 36 pertandingan yang dimainkan oleh seluruh tim. Dari jumlah laga tersebut, tidak satupun ada nama pemain lokal yang tercantum di papan peringkat statistik per gim.
IBL melansir statistik teratas pemain dengan kategori poin per gim, rebound per gim, assist per gim, blok per gim, dan steal per gim. Dari setiap kategori tersebut, ditampilkan lima pemain dengan statistik tertinggi. Dan tak ada satupun nama pebasket Indonesia yang tercantum di sana.
Memang, ada beberapa pertandingan IBL yang menyuguhkan permainan para pemain lokal yang bersinar. Seperti pada pertandingan Satria Muda Pertamina Jakarta melawan Pelita Jaya Bakrie Jakarta pada 20 Januari lalu di mana tidak hanya pemain asingnya yang mampu mencetak dua digit angka, tapi juga sejumlah pemain lokal.
Baca juga: Satria Muda cetak 100 poin di kandang Pelita Jaya
Selanjutnya: Juga pada laga
Juga pada laga antara Pacific Caesar Surabaya melawan Borneo Hornbills di pekan keempat yang merupakan laga kemenangan perdana bagi tim asal Jawa Timur tersebut.
Pada laga itu, dua pemain lokal Pacific Muhammad Ariezky dan sang kapten Gregorio Wibowo mencetak dua digit poin. Sebelumnya, pelatih Pacific menekan para pemain lokal untuk meningkatkan performa lantaran selalu kalah sebanyak lima kali berturut-turut.
Namun seringnya, para pemain asinglah yang menjadi mesin poin utama pada setiap tim. Hal itu terbukti dari statistik poin per gim yang diisi oleh pemain asing seluruhnya pada daftar peringkat lima teratas.
Para pemain lokal memang benar-benar harus meningkatkan permainan bola basketnya agar laga-laga IBL tidak melulu menjadi pertunjukan para pemain asing. Kerja keras para pemain lokal dibutuhkan untuk dapat menit bermain lebih.
Baca juga: Satria Muda bertumpu pada pemain lokal di kompetisi IBL
Apalagi, Timnas Bola Basket Indonesia saat ini masih berharap pada para pemain lokal yang berkompetisi di IBL untuk membawa bendera Merah Putih di kancah internasional.
Jika hanya sedikit pebasket nasional yang mendapatkan menit bermain yang cukup selama kompetisi, semakin sedikit pula pilihan punggawa Timnas untuk memperjuangkan nama Indonesia di ajang olahraga level Asia Tenggara dan Asia.
Persatuan Bola Basket Seluruh Indonesia (Perbasi) saat ini memang memfokuskan pelatihan pebasket muda untuk dipersiapkan menjadi punggawa timnas di masa depan. Namun itu adalah proyek jangka panjang. Untuk jangka pendek, Indonesia masih mengandalkan para pemain IBL untuk berkompetisi.
Editor: Junaydi Suswanto
Copyright © ANTARA 2024
Tags: