Industri film Indonesia diprediksi sedot 60 juta penonton pada 2024
9 Februari 2024 23:39 WIB
Rumah Sinema Indonesia Bioskop Online berkolaborasi dalam penyelenggaraan festival film terbesar di Indonesia Jogja-NETPAC Asian Film Festival 2023 sebagai upaya berkontribusi aktif bagi perkembangan industri perfilman Tanah Air. (ANTARA/HO/Goodwork Indonesia)
Jakarta (ANTARA) - Pengamat film Hikmat Darmawan memperkirakan industri film Indonesia bakal menyedot hingga 60 juta penonton pada tahun 2024 ini setelah mencatatkan pertumbuhan positif pada 2023.
Menurut Hikmat di Jakarta, Jumat, industri film tanah air perlahan sudah mulai pulih setelah dihantam pandemi COVID-19 selama dua tahun.
Meski belum pulih sepenuhnya, tren industri film Indonesia sudah cukup bagus terutama dari segi perolehan penonton.
Pemulihan ini dapat dilihat salah satunya dari banyaknya film Indonesia yang menarik lebih dari 1 juta penonton tahun lalu.
"Dari segi perolehan penonton sudah pulih, tetapi dari segi pendapatan belum terlalu membayar kerugian dua tahun kemarin," kata Hikmat kepada ANTARA.
Menurut Badan Perfilman Indonesia (BPI), industri film Indonesia menyedot 51,2 juta penonton pada 2019, tetapi kemudian anjlok menjadi hanya sekitar 19 juta penonton pada 2020 akibat pandemi COVID-19.
Baca juga: Kemenparekraf sebut 20 film Indonesia capai rekor 1 juta penonton
Baca juga: Film nasional berpotensi berkembang di era layanan streaming
Jumlah penonton makin merosot pada 2021 dengan hanya 4,5 juta penonton, dan baru kembali menggeliat pada 2022 dengan 24 juta penonton.
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) mencatat industri film nasional makin tumbuh positif sepanjang 2023, dan berhasil menyedot 55 juta penonton bioskop tanah air.
Tak hanya itu, bahkan tercatat ada 20 film Indonesia yang mendapatkan lebih dari 1 juta penonton pada tahun lalu, seperti Sewu Dino (4.891.609), Di Ambang Kematian (3.302.047), KKN di Desa Penari: Luwih Dowo, Luwih Medeni(2.923.650), Pengabdi Setan 2: Communion (2.685.837), dan Ngeri-Ngeri Sedap (2.668.434).
Hikmat mengatakan industri film Indonesia memiliki potensi untuk menarik lebih dari 60 juta penonton, asalkan disertai dengan penambahan dan persebaran bioskop yang lebih merata.
Menurut dia, saat ini, persebaran bioskop masih terpusat di Jabodetabek dengan persentase 60 persen. Kondisi ini membuat jumlah layar bioskop menjadi terbatas dan film yang diproduksi mendapatkan jatah tayang yang minim.
"Karena jumlah layar sedikit, jumlah film yang diproduksi tidak dapat tempat karena terlalu banyak (film), dan daya tampung (bioskop) tidak cukup," kata Hikmat yang juga pernah menjadi Wakil Ketua 1 Dewan Kesenian Jakarta periode 2021-2023 itu.
Deputi Bidang Kebijakan Strategis Kemenparekraf, Dessy Ruhati, dalam jumpa pers di Jakarta, Senin (5/2), mengatakan industri film Indonesia merupakan subsektor ekonomi kreatif yang pertumbuhannya sangat positif setelah pandemi COVID-19, dan menjadi salah satu penunjang pendapatan bagi sektor pariwisata di tanah air.
Baca juga: Pemkab Cirebon libatkan seniman guna bangkitkan industri film lokal
Baca juga: Menparekraf: Industri film berpotensi sumbang pertumbuhan ekonomi
Menurut Hikmat di Jakarta, Jumat, industri film tanah air perlahan sudah mulai pulih setelah dihantam pandemi COVID-19 selama dua tahun.
Meski belum pulih sepenuhnya, tren industri film Indonesia sudah cukup bagus terutama dari segi perolehan penonton.
Pemulihan ini dapat dilihat salah satunya dari banyaknya film Indonesia yang menarik lebih dari 1 juta penonton tahun lalu.
"Dari segi perolehan penonton sudah pulih, tetapi dari segi pendapatan belum terlalu membayar kerugian dua tahun kemarin," kata Hikmat kepada ANTARA.
Menurut Badan Perfilman Indonesia (BPI), industri film Indonesia menyedot 51,2 juta penonton pada 2019, tetapi kemudian anjlok menjadi hanya sekitar 19 juta penonton pada 2020 akibat pandemi COVID-19.
Baca juga: Kemenparekraf sebut 20 film Indonesia capai rekor 1 juta penonton
Baca juga: Film nasional berpotensi berkembang di era layanan streaming
Jumlah penonton makin merosot pada 2021 dengan hanya 4,5 juta penonton, dan baru kembali menggeliat pada 2022 dengan 24 juta penonton.
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) mencatat industri film nasional makin tumbuh positif sepanjang 2023, dan berhasil menyedot 55 juta penonton bioskop tanah air.
Tak hanya itu, bahkan tercatat ada 20 film Indonesia yang mendapatkan lebih dari 1 juta penonton pada tahun lalu, seperti Sewu Dino (4.891.609), Di Ambang Kematian (3.302.047), KKN di Desa Penari: Luwih Dowo, Luwih Medeni(2.923.650), Pengabdi Setan 2: Communion (2.685.837), dan Ngeri-Ngeri Sedap (2.668.434).
Hikmat mengatakan industri film Indonesia memiliki potensi untuk menarik lebih dari 60 juta penonton, asalkan disertai dengan penambahan dan persebaran bioskop yang lebih merata.
Menurut dia, saat ini, persebaran bioskop masih terpusat di Jabodetabek dengan persentase 60 persen. Kondisi ini membuat jumlah layar bioskop menjadi terbatas dan film yang diproduksi mendapatkan jatah tayang yang minim.
"Karena jumlah layar sedikit, jumlah film yang diproduksi tidak dapat tempat karena terlalu banyak (film), dan daya tampung (bioskop) tidak cukup," kata Hikmat yang juga pernah menjadi Wakil Ketua 1 Dewan Kesenian Jakarta periode 2021-2023 itu.
Deputi Bidang Kebijakan Strategis Kemenparekraf, Dessy Ruhati, dalam jumpa pers di Jakarta, Senin (5/2), mengatakan industri film Indonesia merupakan subsektor ekonomi kreatif yang pertumbuhannya sangat positif setelah pandemi COVID-19, dan menjadi salah satu penunjang pendapatan bagi sektor pariwisata di tanah air.
Baca juga: Pemkab Cirebon libatkan seniman guna bangkitkan industri film lokal
Baca juga: Menparekraf: Industri film berpotensi sumbang pertumbuhan ekonomi
Pewarta: Shofi Ayudiana
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2024
Tags: