Konser Molucca Bamboowind "hipnotis" wisman Australia
12 September 2013 03:35 WIB
Peringatan Pembebasan Tentara Australia Keluarga Veteran Perang Australia melihat makam keluarganya di Taman Makam Persemakmuran "War Cemetery", Tantui, Ambon, Maluku, Senin (10/12). 20 anggota keluarga veteran perang Gull Force Australia memperingati hari pembebasan dari tahanan Jepang tahun 1945. Pada makam tersebut 2.137 makam tentara dari berbagai angkatan yang gugur dalam PD II, 1.092 diantaranya berasal dari Batalyon 1/21 Gull Force Australia. (FOTO ANTARA/Jimmy Ayal) ()
Ambon (ANTARA News) - Konser suling bambu yang dilakukan kelompok "Molucca Bamboowind Orchestra" (MBO) di Ambon, Rabu malam, menghipnotis puluhan wisatawan asal Australia.
Konser yang melibatkan 125 peniup suling bambu berkolaborasi dengan musik tradisional khas Maluku "totobuang" dan "hawaiian" di Lapangan Merdeka tersebut, merupakan yang ke delapan kalinya digelar sejak grup orkestra itu terbentuk 1995.
Konser yang dibuka MBO dengan memainkan komposisi musik "St Elmo`s Fire" karya komponis dunia David Foster tersebut, mampu membuat puluhan wisatawan asal Australia yang diundang khusus oleh Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Maluku, berdecak kagum.
"Luar biasa konsernya. Kami baru pertama kali menyaksikan konser musik tradisional dengan aransemen musik yang apik dan berkelas," ujar salah seorang wisatawan Australia, Des O`Brien.
Des O`Brien yang adalah Presiden organisasi veteran tentara persemakmuran (Gull Force) Australia menegaskan, konser suling bambu yang dimainkan ratusan peniup suling dari berbagai generasi tersebut, layaknya sebuah orkestra berkelas dunia.
"Kami tidak menyangka akan menyaksikan konser musik tradisional yang sangat luar biasa. Jarang ditemukan kelompok musik tradisional seperti ini," ujarnya.
Wisatawan Australia lainnya Irene Schrien mengaku sangat senang dan bergembira dapat menyaksikan konser suling bambu kelompok MBO pimpinan Maynart Reinold Nathaniel "rentje" Alfons tersebut.
"Konsernya luar biasa. Awalnya kami pikir hanya konser biasa saja. Ternyata kemampuan musikalitasnya luar biasa, tidak kalah dengan opera atau konser musik modern lainnya," ujarnya.
Para wisatawan pun dibuat berdecak kagum dengan kolaborasi ratusan peniup suling bambu mengiringi sejumlah penyanyi yang berbeda aliran musiknya.
Para wisatawan Australia yang ikut berbaur dengan ribuan penonton yang memenuhi Lapangan Merdeka tersebut, awalnya tidak menyangka jika alat musik yang dimainkan benar-benar alat musik tradisional yang terbuat dari bambu.
Setelah diberikan kesempatan usai konser untuk melihat sendiri berbagai jenis suling yang dibuat sendiri dan ditiup ratusan pemain saat konser, puluhan wisatawan Australia tersebut menjadi kagum.
Para wisatawan tersebut mengaku akan berbagi cerita "langka" yang disaksikan dan dinikmati tersebut kepada sanak saudara dan wisatawan lainnya, sekembalinya mereka ke negara asalnya.
Pesta Teluk
Kepala Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Maluku Vera Tomasoa mengatakan konser Molucca Bamboowind Orchestra merupakan salah satu atraksi seni dan budaya yang ditampilkan pada even "Pesta Teluk Ambon" tahun 2013.
"Konser suling bambu Molucca Bamboowind Orchestra ini merupakan bagian dari event Pesta Teluk Ambon yang digelar setiap tahun menarik minat wisatawan dalam dan luar negeri berkunjung ke Maluku," katanya.
Sejumlah kegiatan mengisi Pesta Teluk tersebut, diharapkan menjadi "lokomotif" untuk memperkenalkan dan memperkuat upaya menjadikan Maluku sebagai salah satu destinasi pariwisata unggulan di tanah air.
Vera Tomasoa, mengaku mengundang khusus puluhan wisatawan Australia yang juga merupakan anggota keluarga veteran tentara Negara Kanguru yang sedang berkunjung ke Ambon untuk memperingati 68 tahun pembebasan keluarganya dari tahanan Jepang tahun 1945 tersebut, untuk menyaksikannya.
"Kehadiran mereka menyaksikan konser musik tradisional ini diharapkan menjadi ajang promosi bagi wisatawan lainnya," ujarnya.
Molucca Bamboowind Orchestra dibentuk bersamaan dengan HUT ke-430 Kota Ambon pada 7 September 2005 dan saat ini berada di bawah binaan Taman Budaya Maluku.
Anggota kelompok itu berasal dari berbagai latar belakang profesi mulai dari siswa SMP, SMA, SMK, mahasiswa, tukang ojek, tukang "tifar mayang" (penyadap nira), pengemudi becak, montir bengkel, polisi, guru SD, wiraswasta, PNS serta pensiunan PNS dan TNI. (*)
Konser yang melibatkan 125 peniup suling bambu berkolaborasi dengan musik tradisional khas Maluku "totobuang" dan "hawaiian" di Lapangan Merdeka tersebut, merupakan yang ke delapan kalinya digelar sejak grup orkestra itu terbentuk 1995.
Konser yang dibuka MBO dengan memainkan komposisi musik "St Elmo`s Fire" karya komponis dunia David Foster tersebut, mampu membuat puluhan wisatawan asal Australia yang diundang khusus oleh Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Maluku, berdecak kagum.
"Luar biasa konsernya. Kami baru pertama kali menyaksikan konser musik tradisional dengan aransemen musik yang apik dan berkelas," ujar salah seorang wisatawan Australia, Des O`Brien.
Des O`Brien yang adalah Presiden organisasi veteran tentara persemakmuran (Gull Force) Australia menegaskan, konser suling bambu yang dimainkan ratusan peniup suling dari berbagai generasi tersebut, layaknya sebuah orkestra berkelas dunia.
"Kami tidak menyangka akan menyaksikan konser musik tradisional yang sangat luar biasa. Jarang ditemukan kelompok musik tradisional seperti ini," ujarnya.
Wisatawan Australia lainnya Irene Schrien mengaku sangat senang dan bergembira dapat menyaksikan konser suling bambu kelompok MBO pimpinan Maynart Reinold Nathaniel "rentje" Alfons tersebut.
"Konsernya luar biasa. Awalnya kami pikir hanya konser biasa saja. Ternyata kemampuan musikalitasnya luar biasa, tidak kalah dengan opera atau konser musik modern lainnya," ujarnya.
Para wisatawan pun dibuat berdecak kagum dengan kolaborasi ratusan peniup suling bambu mengiringi sejumlah penyanyi yang berbeda aliran musiknya.
Para wisatawan Australia yang ikut berbaur dengan ribuan penonton yang memenuhi Lapangan Merdeka tersebut, awalnya tidak menyangka jika alat musik yang dimainkan benar-benar alat musik tradisional yang terbuat dari bambu.
Setelah diberikan kesempatan usai konser untuk melihat sendiri berbagai jenis suling yang dibuat sendiri dan ditiup ratusan pemain saat konser, puluhan wisatawan Australia tersebut menjadi kagum.
Para wisatawan tersebut mengaku akan berbagi cerita "langka" yang disaksikan dan dinikmati tersebut kepada sanak saudara dan wisatawan lainnya, sekembalinya mereka ke negara asalnya.
Pesta Teluk
Kepala Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Maluku Vera Tomasoa mengatakan konser Molucca Bamboowind Orchestra merupakan salah satu atraksi seni dan budaya yang ditampilkan pada even "Pesta Teluk Ambon" tahun 2013.
"Konser suling bambu Molucca Bamboowind Orchestra ini merupakan bagian dari event Pesta Teluk Ambon yang digelar setiap tahun menarik minat wisatawan dalam dan luar negeri berkunjung ke Maluku," katanya.
Sejumlah kegiatan mengisi Pesta Teluk tersebut, diharapkan menjadi "lokomotif" untuk memperkenalkan dan memperkuat upaya menjadikan Maluku sebagai salah satu destinasi pariwisata unggulan di tanah air.
Vera Tomasoa, mengaku mengundang khusus puluhan wisatawan Australia yang juga merupakan anggota keluarga veteran tentara Negara Kanguru yang sedang berkunjung ke Ambon untuk memperingati 68 tahun pembebasan keluarganya dari tahanan Jepang tahun 1945 tersebut, untuk menyaksikannya.
"Kehadiran mereka menyaksikan konser musik tradisional ini diharapkan menjadi ajang promosi bagi wisatawan lainnya," ujarnya.
Molucca Bamboowind Orchestra dibentuk bersamaan dengan HUT ke-430 Kota Ambon pada 7 September 2005 dan saat ini berada di bawah binaan Taman Budaya Maluku.
Anggota kelompok itu berasal dari berbagai latar belakang profesi mulai dari siswa SMP, SMA, SMK, mahasiswa, tukang ojek, tukang "tifar mayang" (penyadap nira), pengemudi becak, montir bengkel, polisi, guru SD, wiraswasta, PNS serta pensiunan PNS dan TNI. (*)
Pewarta: Jimmy Ayal
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2013
Tags: