Jakarta (ANTARA News) - Wakil Menteri Kesehatan Ali Ghufron Mukti mengakui kuisioner kesehatan remaja yang sempat menimbulkan kontroversi di beberapa daerah merupakan hal yang sensitif sehingga Kementerian Kesehatan akan mengevaluasi terhadap pelaksanaannya.

"Jadi kita ingin evaluasi dengan lebih seksama tentang sensitivitasnya. Tapi kalau tujuannya, itu jelas baik karena kita ingin sebagai penjaringan kesehatan, agar tahu sejak dari dini sehingga intervensi kesehatannya bisa lebih bagus," kata Ali Ghufron usai acara Sosialisasi dan Koordinasi Program Standardisasi, Sertifikasi dan Pendidikan Berkelanjutan SDM di Hotel Acacia Jakarta, Rabu.

Menkes mengungkapkan telah mendapatkan laporan mengenai kontroversi yang muncul akibat kuisioner tersebut di Aceh dan mengatakan keberatan masyarakat hanya muncul di daerah tersebut karena alasan teknis.

"Yang terjadi di Aceh itu salah didalam teknisnya. Yang dilatih (untuk memberikan kuisioner) tidak masuk, jadi dititipkan ke orang lain," ujar Ghufron.

Karena penyebaran kuisioner terhadap siswa SMP tersebut bukanlah orang yang sebelumnya dilatih, ada kemungkinan penyampaian maksud dan tujuan kuisioner tidak tersampaikan dengan baik sehingga menimbulkan kesalahpahaman.

"Tapi memang kita akan lihat masyarakat kita sensitivitasnya seberapa besar. Akan dilakukan evaluasi bersama-sama dengan pihak terkait," kata Ghufron.

Diharapkan dalam waktu satu minggu kedepan, evaluasi terhadap penjaringan melalui kuisioner kesehatan organ seksual sekunder remaja itu telah selesai dilakukan sehingga dapat dilanjutkan.

"Sebenarnya itu tujuannya bagus, dan ini memang sering salah kira," kata Wamenkes mengakui.

Kementerian Kesehatan juga akan mengundang Kementerian Pendidikan untuk melakukan evaluasi tersebut karena kuisioner disebarkan melalui sekolah.

Kuisioner tersebut merupakan upaya penjaringan (screening) mengenai perkembangan organ seksual sekunder yang bertujuan untuk mengetahui status pubertas remaja dan melakukan intervensi kesehatan jika ada masalah seperti masalah hormonal.

Dilaksanakan sejak 2010 di Indonesia, penjaringan serupa telah dilakukan secara luas oleh banyak negara di dunia untuk mengetahui kondisi kesehatan remaja mereka.

Saat ini baru enam dari 33 provinsi yang menyebarkan kuisioner tersebut namun diharapkan seluruh daerah lain segera melakukan pengisian kuisioner tersebut.

(A043/R010)