Nanjing (ANTARA) - Menggunakan data pencitraan spektral dari Xihe, satelit eksplorasi surya pertama China, sekelompok fisikawan China membuat diagram velositas tiga dimensi (3D) dari dua jenis plasma di atmosfer Matahari.
Pita-pita gelap yang tersuspensi di korona jauh lebih dingin dan padat dibandingkan materi sekitarnya, sehingga menunjukkan garis-garis gelap panjang dengan latar belakang yang terang. Saat muncul di tepi permukaan Matahari, pita-pita itu menampilkan struktur terang yang disebut prominensa.
Xihe, sebuah teleskop antariksa yang beroperasi di orbit sinkron Matahari, sedang melakukan eksplorasi luar angkasa dengan pencitraan spektral Hα surya di segala bidang Matahari (all-sun plane). Xihe dapat memindai seluruh heliosfer dalam waktu 46 detik, sehingga didapatkan informasi spektral di titik mana pun di Matahari dan memungkinkan pemetaan dinamika pita gelap.
Menggunakan observasi Xihe, para peneliti dari Universitas Nanjing mendemonstrasikan perluasan, pelepasan, kemunduran, rotasi, dan pemisahan garis gelap dan prominensa Matahari, ungkap sebuah rilis berita dari Administrasi Luar Angkasa Nasional China (China National Space Administration/CNSA) pada Senin (5/2).
Garis-garis gelap yang menyembur, jika menyebar ke arah Bumi, dapat memicu badai geomagnetik, yang menyebabkan kerusakan serius pada peralatan di ruang angkasa dekat-Bumi (near-Earth space).
Pengukuran akurat terhadap medan-medan velositas 3D plasma tersebut sangat penting untuk peringatan dini dan prakiraan cuaca luar angkasa yang membawa bencana, imbuh para peneliti.
Ilmuwan China amati plasma Matahari
6 Februari 2024 18:08 WIB
Roket Long March-2D yang membawa satelit eksplorasi surya pertama China meluncur dari Pusat Peluncuran Satelit Taiyuan di Provinsi Shanxi, China utara, pada 14 Oktober 2021. (Xinhua/Zheng Bin)
Pewarta: Xinhua
Editor: Santoso
Copyright © ANTARA 2024
Tags: