Hilangnya tahu tempe berimbas pada pedagang lain
10 September 2013 17:08 WIB
Perajin Tempe Mogok Produksi Perajin tempe merapikan tempat pengeringan di pusat produksi tempe di Utan Panjang, Jakarta, Senin (9/9). Produsen tempe dan tahu di seluruh Indonesia resmi mogok berproduksi pada Senin (9/9) - Rabu (11/9), sebagai protes mahalnya harga kedelai sebagai bahan baku utama pembuatan tempe dan tahu. (ANTARA FOTO/Yudhi Mahatma)
Jakarta (ANTARA News) - Sejumlah pedagang di Pasar Slipi, Jakarta Barat mengatakan ikut terkena imbas hilangnya tahu dan tempe dari peredaran.
Bukannya mereka bisa meraup untung lebih karena pembeli beralih dari tahu-tempe ke lauk pauk lain, tetapi omzet mereka justru menurun karena pasar menjadi sepi pembeli.
"Saya tidak tahu kenapa. Tapi sejak pedagang tahu-tempe tidak berjualan, pasar menjadi sepi pembeli dan penjualan dagangan saya menurun," kata Sobirin, pedagang ikan di Pasar Slipi, Selasa.
Sobirin mengatakan biasanya dia bisa menjual ikan berkisar 60 kilogram hingga 70 kilogram. Namun, sejak pedagang tahu-tempe tidak berjualan, penjualannya menurun menjadi 25 kilogram hingga 30 kilogram.
"Ini tidak hanya terjadi di Pasar Slipi. Teman-teman di pasar lain juga mengeluhkan hal yang sama," tuturnya.
Engkus, pedagang makanan olahan, juga mengeluhkan hal yang sama. Tidak adanya tahu dan tempe rupanya tidak membuat pembeli tertarik membeli sosis, bakso dan nugget dagangannya.
"Omzet saya menurun kira-kira 20 persen," ujarnya.
Sejak aksi mogok produksi dan berjualan dari perajin serta pedagang tahu-tempe pada Senin (9/9), komoditas itu seolah "menghilang" dari sejumlah pasar di Jakarta.
Pantauan ANTARA News di Pasar Kebayoran Lama dan Pasar Palmerah, Jakarta Selatan serta Pasar Slipi, Jakarta Barat, tak ada satu pun pedagang tahu dan tempe di ketiga pasar tersebut.
Bukannya mereka bisa meraup untung lebih karena pembeli beralih dari tahu-tempe ke lauk pauk lain, tetapi omzet mereka justru menurun karena pasar menjadi sepi pembeli.
"Saya tidak tahu kenapa. Tapi sejak pedagang tahu-tempe tidak berjualan, pasar menjadi sepi pembeli dan penjualan dagangan saya menurun," kata Sobirin, pedagang ikan di Pasar Slipi, Selasa.
Sobirin mengatakan biasanya dia bisa menjual ikan berkisar 60 kilogram hingga 70 kilogram. Namun, sejak pedagang tahu-tempe tidak berjualan, penjualannya menurun menjadi 25 kilogram hingga 30 kilogram.
"Ini tidak hanya terjadi di Pasar Slipi. Teman-teman di pasar lain juga mengeluhkan hal yang sama," tuturnya.
Engkus, pedagang makanan olahan, juga mengeluhkan hal yang sama. Tidak adanya tahu dan tempe rupanya tidak membuat pembeli tertarik membeli sosis, bakso dan nugget dagangannya.
"Omzet saya menurun kira-kira 20 persen," ujarnya.
Sejak aksi mogok produksi dan berjualan dari perajin serta pedagang tahu-tempe pada Senin (9/9), komoditas itu seolah "menghilang" dari sejumlah pasar di Jakarta.
Pantauan ANTARA News di Pasar Kebayoran Lama dan Pasar Palmerah, Jakarta Selatan serta Pasar Slipi, Jakarta Barat, tak ada satu pun pedagang tahu dan tempe di ketiga pasar tersebut.
Pewarta: Dewanto Samodro
Editor: Desy Saputra
Copyright © ANTARA 2013
Tags: