Pengamat nilai peningkatan SDM kunci bangun kedaulatan manufaktur TI
5 Februari 2024 07:59 WIB
Capres nomor urut 2 Prabowo Subianto (tengah) menyampaikan pandangannya disaksikan capres nomor urut 1 Anies Baswedan (kiri) dan capres nomor urut 3 Ganjar Pranowo (kanan) saat debat kelima Pilpres 2024 di Balai Sidang JCC Senayan, Jakarta, Minggu (4/2/2024). ((ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra/aww))
Jakarta (ANTARA) - Pengamat telekomunikasi menilai peningkatan sumber daya manusia (SDM) yang unggul menjadi kunci dalam membangun kedaulatan manufaktur teknologi informasi (TI) di Indonesia.
"Yang utama memang kita membangun sumber daya manusianya dulu, itu yang paling mudah," ujar Ketua Pusat Studi Kebijakan Industri dan Regulasi Telekomunikasi Indonesia-ITB Ian Josef Matheus Edward saat dihubungi ANTARA, Minggu (4/2) malam.
Hal tersebut disampaikannya menanggapi jawaban calon presiden (capres) pada debat kelima Pemilu 2024 di Jakarta, Minggu (4/2) malam.
Salah satu sub tema yang dibahas pada debat tersebut adalah teknologi informasi. Adapun panelis menanyakan tentang langkah strategis pasangan calon dalam membangun kedaulatan manufaktur telekomunikasi dan teknologi informasi di Indonesia.
Baca juga: Pengamat: Permodalan jadi aspek penting dalam pendistribusian bansos
Capres nomor urut 2 Prabowo Subianto meyakini strategi untuk mengurangi ketergantungan pada impor gawai di Indonesia ialah membangun pabrik yang memproduksi gawai (smartphone) di dalam negeri.
Selain itu, dia juga meyakini kebijakan yang perlu ditempuh harus menyasar sampai akar, yaitu meningkatkan kualitas SDM Indonesia, khususnya di bidang sains, teknologi, teknik, dan matematika (STEM).
Menurut Ian, peningkatan SDM di bidang STEM memang perlu diperkuat untuk menghasilkan para "brainware" anak bangsa yang mumpuni.
"Brainware" merupakan istilah untuk individu yang terlibat dalam pengoperasian sistem pada perangkat komputer.
Dia mengatakan Indonesia memiliki banyak SDM di bidang TI yang kini bekerja di berbagai perusahaan teknologi global terkemuka.
Mereka memiliki potensi besar di bidangnya yang bisa dimanfaatkan untuk membangun industri manufaktur TI di dalam negeri.
Dia menilai, salah satu industri manufaktur TI yang bisa dikembangkan di tanah air adalah semikonduktor, yang merupakan komponen penting pada perangkat elektronik seperti ponsel pintar dan komputer.
"Kita bisa lakukan pembangunan pabrik semikonduktor di Indonesia. Lalu kita bangun industrinya. Tapi apakah kita mau semuanya pekerjanya dari luar? Kan enggak. Makanya harus kita siapkan dulu orang-orangnya adalah orang-orang kita," kata Ian.
Baca juga: Ganjar banyak sebut soal bansos hingga "stunting" di debat terakhir
Dia menambahkan bahwa dengan memiliki pabrik semikonduktor, ke depan Indonesia akan lebih mudah dalam membangun industri manufaktur TI seperti pabrik gawai dan produk elektronik lainnya.
Sementara itu, capres nomor urut 1 Anies Baswedan mengatakan bahwa investasi di sektor teknologi dan informasi harus mengutamakan sektor swasta dan Badan Usaha Milik Negara (BUMN).
Menurut Anies, langkah tersebut merupakan cara strategis untuk membangun kedaulatan manufaktur teknologi dan informasi di Indonesia.
Terkait pernyataan Anies tersebut, Ian berpandangan bahwa hal itu memang harus dilakukan. Menurut dia, sektor swasta memiliki "keluwesan" yang bisa dimanfaatkan oleh BUMN dalam mengembangkan industri manufaktur dalam negeri.
"Berkolaborasilah antara swasta dengan BUMN supaya terwujud industrinya, karena masing-masing punya kelebihan. Prioritas tentu saja di BUMN. tapi ada kemudahan di swasta, lebih luwes lah karena dananya kan juga bukan dari APBN dan sebagainya,' ujar Ian.
Adapun capres nomor urut 3 menyatakan akan menyiapkan tiga langkah strategis untuk membangun kedaulatan manufaktur telekomunikasi dan TI di Indonesia.
Ketiga langkah tersebut yaitu mendorong sektor swasta untuk gawai masuk ke sistem E-Katalog, menugaskan PT LEN Industri (Persero) untuk mewujudkan kedaulatan manufaktur telekomunikasi dan TI Indonesia, serta bergandengan dengan industri telekomunikasi dan TI luar negeri untuk mendukung transfer teknologi.
Baca juga: Usai debat, pengamat: Para capres belum menjawab masalah kesejahteraan
Pengamat telekomunikasi yang juga Direktur Eksekutif ICT Institute Heru Sutadi mengatakan bahwa selain peningkatan SDM, upaya lainnya yang memang bisa dilakukan untuk membangun kedaulatan manufaktur TI di Indonesia adalah mendorong industri nasional bergerak dan menghasilkan produk telekomunikasi dan teknologi informasi.
Terkait kerja sama dengan industri telekomunikasi luar negeri, Heru menyebut bahwa saat ini sudah ada kewajiban bagi vendor ponsel asing untuk membangun pabrik di Indonesia.
Menurut dia, yang perlu diutamakan adalah bagaimana meningkatkan persentase tingkat kandungan dalam negeri (TKDN) dari tahun ke tahun hingga produk tersebut 100 persen diproduksi di Indonesia.
"Dengan TKDN kian meningkat, SDM kita juga terserap, dan investasi lokal serta asing dalam industri ponsel akan meningkat pula," ucap dia.
Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024 diikuti tiga pasangan capres-cawapres yakni Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar dengan nomor urut 1, Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka nomor urut 2, dan Ganjar Pranowo-Mahfud Md nomor urut 3.
Baca juga: Akademisi: Membentuk Kementerian Kebudayaan ide brilian para capres
"Yang utama memang kita membangun sumber daya manusianya dulu, itu yang paling mudah," ujar Ketua Pusat Studi Kebijakan Industri dan Regulasi Telekomunikasi Indonesia-ITB Ian Josef Matheus Edward saat dihubungi ANTARA, Minggu (4/2) malam.
Hal tersebut disampaikannya menanggapi jawaban calon presiden (capres) pada debat kelima Pemilu 2024 di Jakarta, Minggu (4/2) malam.
Salah satu sub tema yang dibahas pada debat tersebut adalah teknologi informasi. Adapun panelis menanyakan tentang langkah strategis pasangan calon dalam membangun kedaulatan manufaktur telekomunikasi dan teknologi informasi di Indonesia.
Baca juga: Pengamat: Permodalan jadi aspek penting dalam pendistribusian bansos
Capres nomor urut 2 Prabowo Subianto meyakini strategi untuk mengurangi ketergantungan pada impor gawai di Indonesia ialah membangun pabrik yang memproduksi gawai (smartphone) di dalam negeri.
Selain itu, dia juga meyakini kebijakan yang perlu ditempuh harus menyasar sampai akar, yaitu meningkatkan kualitas SDM Indonesia, khususnya di bidang sains, teknologi, teknik, dan matematika (STEM).
Menurut Ian, peningkatan SDM di bidang STEM memang perlu diperkuat untuk menghasilkan para "brainware" anak bangsa yang mumpuni.
"Brainware" merupakan istilah untuk individu yang terlibat dalam pengoperasian sistem pada perangkat komputer.
Dia mengatakan Indonesia memiliki banyak SDM di bidang TI yang kini bekerja di berbagai perusahaan teknologi global terkemuka.
Mereka memiliki potensi besar di bidangnya yang bisa dimanfaatkan untuk membangun industri manufaktur TI di dalam negeri.
Dia menilai, salah satu industri manufaktur TI yang bisa dikembangkan di tanah air adalah semikonduktor, yang merupakan komponen penting pada perangkat elektronik seperti ponsel pintar dan komputer.
"Kita bisa lakukan pembangunan pabrik semikonduktor di Indonesia. Lalu kita bangun industrinya. Tapi apakah kita mau semuanya pekerjanya dari luar? Kan enggak. Makanya harus kita siapkan dulu orang-orangnya adalah orang-orang kita," kata Ian.
Baca juga: Ganjar banyak sebut soal bansos hingga "stunting" di debat terakhir
Dia menambahkan bahwa dengan memiliki pabrik semikonduktor, ke depan Indonesia akan lebih mudah dalam membangun industri manufaktur TI seperti pabrik gawai dan produk elektronik lainnya.
Sementara itu, capres nomor urut 1 Anies Baswedan mengatakan bahwa investasi di sektor teknologi dan informasi harus mengutamakan sektor swasta dan Badan Usaha Milik Negara (BUMN).
Menurut Anies, langkah tersebut merupakan cara strategis untuk membangun kedaulatan manufaktur teknologi dan informasi di Indonesia.
Terkait pernyataan Anies tersebut, Ian berpandangan bahwa hal itu memang harus dilakukan. Menurut dia, sektor swasta memiliki "keluwesan" yang bisa dimanfaatkan oleh BUMN dalam mengembangkan industri manufaktur dalam negeri.
"Berkolaborasilah antara swasta dengan BUMN supaya terwujud industrinya, karena masing-masing punya kelebihan. Prioritas tentu saja di BUMN. tapi ada kemudahan di swasta, lebih luwes lah karena dananya kan juga bukan dari APBN dan sebagainya,' ujar Ian.
Adapun capres nomor urut 3 menyatakan akan menyiapkan tiga langkah strategis untuk membangun kedaulatan manufaktur telekomunikasi dan TI di Indonesia.
Ketiga langkah tersebut yaitu mendorong sektor swasta untuk gawai masuk ke sistem E-Katalog, menugaskan PT LEN Industri (Persero) untuk mewujudkan kedaulatan manufaktur telekomunikasi dan TI Indonesia, serta bergandengan dengan industri telekomunikasi dan TI luar negeri untuk mendukung transfer teknologi.
Baca juga: Usai debat, pengamat: Para capres belum menjawab masalah kesejahteraan
Pengamat telekomunikasi yang juga Direktur Eksekutif ICT Institute Heru Sutadi mengatakan bahwa selain peningkatan SDM, upaya lainnya yang memang bisa dilakukan untuk membangun kedaulatan manufaktur TI di Indonesia adalah mendorong industri nasional bergerak dan menghasilkan produk telekomunikasi dan teknologi informasi.
Terkait kerja sama dengan industri telekomunikasi luar negeri, Heru menyebut bahwa saat ini sudah ada kewajiban bagi vendor ponsel asing untuk membangun pabrik di Indonesia.
Menurut dia, yang perlu diutamakan adalah bagaimana meningkatkan persentase tingkat kandungan dalam negeri (TKDN) dari tahun ke tahun hingga produk tersebut 100 persen diproduksi di Indonesia.
"Dengan TKDN kian meningkat, SDM kita juga terserap, dan investasi lokal serta asing dalam industri ponsel akan meningkat pula," ucap dia.
Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024 diikuti tiga pasangan capres-cawapres yakni Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar dengan nomor urut 1, Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka nomor urut 2, dan Ganjar Pranowo-Mahfud Md nomor urut 3.
Baca juga: Akademisi: Membentuk Kementerian Kebudayaan ide brilian para capres
Pewarta: Fathur Rochman
Editor: Siti Zulaikha
Copyright © ANTARA 2024
Tags: