Beijing (ANTARA) - Pemerintah China berniat mengembangkan industri daur ulang nasional yang menyasar peralatan rumah tangga dan furnitur yang sudah tidak digunakan atau usang, dalam sebuah langkah yang diperkirakan mampu meningkatkan konsumsi produk baru yang ramah lingkungan serta mendorong perkembangan yang sehat dari sektor daur ulang.

Menurut surat edaran yang dirilis oleh sembilan departemen pemerintah, termasuk Kementerian Perdagangan China, negara tersebut sedang berupaya mencapai peningkatan sebesar 15 persen dalam volume daur ulang peralatan rumah tangga dan furnitur yang sudah tidak terpakai atau usang per 2025, dibandingkan dengan volume pada 2023. Negara tersebut juga menargetkan untuk meningkatkan standardisasi sektor daur ulangnya.

Surat edaran tersebut menyebutkan bahwa upaya-upaya itu akan dilakukan di empat bidang utama, yakni meningkatkan jaringan daur ulang negara, membina bisnis daur ulang skala besar, berinovasi dalam model-model daur ulang, dan melakukan standardisasi praktik daur ulang.

Surat edaran itu menyebutkan bahwa per 2025, sejumlah kota akan mendapatkan pengakuan tingkat nasional atas upaya mereka dalam membangun sistem percontohan untuk daur ulang peralatan rumah tangga dan furnitur yang sudah tidak terpakai atau usang.

Selain itu, praktik baik akan digalakkan secara nasional, sekelompok badan usaha utama akan dibentuk, dan peraturan serta standar yang dioptimalkan untuk industri daur ulang akan dirumuskan.

Data pemerintah menunjukkan bahwa pada 2023, terdapat lebih dari 3 miliar peralatan rumah tangga yang digunakan di China, dengan mayoritas rumah tangga di negara itu memiliki alat pendingin ruangan, lemari pendingin, dan televisi dalam jumlah besar.

Dalam konferensi pers rutin pada Kamis (1/2), juru bicara Kementerian Perdagangan China mengatakan bahwa rumah tangga di China menyediakan pasar yang sangat besar dan mendorong pertumbuhan konsumsi peralatan rumah tangga baru. "Penguatan industri daur ulang sangat penting bagi peningkatan konsumsi negara ini."