Singapura (ANTARA News) - Harga minyak naik di perdagangan Asia pada Kamis, karena Presiden AS Barack Obama melewati rintangan legislatif pertamanya dalam upaya memenangkan dukungan kongres untuk serangan militer terhadap Suriah.

Kontrak utama New York, minyak mentah light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Oktober, naik 31 sen menjadi 107,54 dolar AS dalam perdagangan sore, sementara minyak mentah Brent North Sea untuk Oktober naik 23 sen menjadi 115,14 dolar AS.

Kenaikan terjadi setelah Komite Hubungan Luar Negeri Senat AS mendukung sebuah perubahan otorisasi resolusi serangan di Suriah, meskipun dengan tenggat waktu 90 hari dan pembatasan penggunaan pasukan darat untuk keperluan tempur.

Obama bertemu dengan para pemimpin dunia di Rusia pada Kamis ketika ia berusaha untuk menjembatani perpecahan mendalam atas dorongannya untuk aksi yang dipicu oleh dugaan serangan di pinggiran Damaskus.

Teoh Say Hwa, kepala investasi pada Phillip Futures di Singapura, mengatakan ekspresi awal dukungan dari Kongres telah meningkatkan kemungkinan aksi militer.

Hal ini menimbulkan kekhawatiran "bahwa kerusuhan bisa menyebar di wilayah Timur Tengah, yang menyumbang sepertiga dari minyak mentah dunia, dan mengganggu persediaan minyak", katanya kepada AFP.

Chua Hak Bin, ekonom Asia Tenggara di Bank of America Merrill Lynch di Singapura, mengatakan harga minyak yang tinggi dapat menekan pertumbuhan ekonomi.

"Sebuah lonjakan harga minyak datang pada waktu yang sangat buruk, ketika beberapa negara Asia -- terutama India dan Indonesia -- sedang menghadapi tekanan dari inflasi yang tinggi, subsidi BBM yang besar, dan pelebaran defisit perdagangan minyak," katanya dalam sebuah catatan, demikian AFP.
(A026)