INEFFEST digelar di Kepulauan Komodo September ini
5 September 2013 20:10 WIB
ilustrasi Pendidikan Anak Pulau Komodo Sejumlah anak berlarian untuk mengikuti pelajaran PAUD di Pulau Komodo, Manggarai Barat, NTT, Rabu (29/5). (ANTARA FOTO/Wahyu Putro A)
Jakarta (ANTARA News) - Indonesia International Environmental Film Festival (INEFFEST) akan kembali digelar 20--24 September 2013 di Kepulauan Komodo, Nusa Tenggara Timur.
Ajang festival film yang diselenggarakan untuk kedua kalinya sejak 2011 lalu itu bertujuan untuk mempromosikan dan mengeksplorasi isu-isu lingkungan melalui film, workshop dan diskusi.
"Acara ini juga sengaja dibawa ke daerah-daerah yang belum bisa merasakan film, terutama di daerah-daerah yang terpencil dan tidak tersedia bioskop seperti di kota besar," kata penggagas INEFFEST Kamila Andini dalam jumpa pers di Jakarta, Kamis.
Putri sutradara kawakan Garin Nugroho itu juga menambahkan festival film yang terbuka untuk semua kalangan itu juga akan memberikan pengalaman baru dalam menonton film.
Pasalnya, sejak gelaran perdana di Wakatobi dua tahun silam, acara menonton film dilakukan di atas air atau di pesisir pantai (floating cinema).
"Ini akan jadi ciri khas INEFFEST ke depannya, akan dipertahankan floating cinema ini. Kalau selanjutnya digelar di gunung atau hutan, tetap akan kami pasang layar di sana," tambahnya.
Festival film itu akan memutar sekitar tujuh film panjang dan 14 film pendek lokal maupun internasional seperti "Serdadu Kumbang", "Epic Java" dan "Cita-citaku Setinggi Tanah" dari Indonesia, serta "Nargis (When Time Stopped Breathing)" dari Myanmar dan "Born Free" dari India.
Tak sekedar menonton film, festival yang dihadiri sejumlah pembuat film dari dalam dan luar negeri juga akan ikut meramaikan gelaran ini. Olivia Zalianty, Ari Sihasale, Nia Zulkarnaen, Maung Myint Aung dan Dave Arnold adalah segelintir nama yang akan turut hadir.
"Harapannya acara ini bisa menjadi meeting point para film maker di Indonesia. Ke depannya kami juga berharap bisa membangun kerja sama dengan jaringan sineas luar terutama mereka yang berkecimpung di film bertema lingkungan," ujarnya.
Ajang festival film yang diselenggarakan untuk kedua kalinya sejak 2011 lalu itu bertujuan untuk mempromosikan dan mengeksplorasi isu-isu lingkungan melalui film, workshop dan diskusi.
"Acara ini juga sengaja dibawa ke daerah-daerah yang belum bisa merasakan film, terutama di daerah-daerah yang terpencil dan tidak tersedia bioskop seperti di kota besar," kata penggagas INEFFEST Kamila Andini dalam jumpa pers di Jakarta, Kamis.
Putri sutradara kawakan Garin Nugroho itu juga menambahkan festival film yang terbuka untuk semua kalangan itu juga akan memberikan pengalaman baru dalam menonton film.
Pasalnya, sejak gelaran perdana di Wakatobi dua tahun silam, acara menonton film dilakukan di atas air atau di pesisir pantai (floating cinema).
"Ini akan jadi ciri khas INEFFEST ke depannya, akan dipertahankan floating cinema ini. Kalau selanjutnya digelar di gunung atau hutan, tetap akan kami pasang layar di sana," tambahnya.
Festival film itu akan memutar sekitar tujuh film panjang dan 14 film pendek lokal maupun internasional seperti "Serdadu Kumbang", "Epic Java" dan "Cita-citaku Setinggi Tanah" dari Indonesia, serta "Nargis (When Time Stopped Breathing)" dari Myanmar dan "Born Free" dari India.
Tak sekedar menonton film, festival yang dihadiri sejumlah pembuat film dari dalam dan luar negeri juga akan ikut meramaikan gelaran ini. Olivia Zalianty, Ari Sihasale, Nia Zulkarnaen, Maung Myint Aung dan Dave Arnold adalah segelintir nama yang akan turut hadir.
"Harapannya acara ini bisa menjadi meeting point para film maker di Indonesia. Ke depannya kami juga berharap bisa membangun kerja sama dengan jaringan sineas luar terutama mereka yang berkecimpung di film bertema lingkungan," ujarnya.
Pewarta: Ade Irma Junida
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2013
Tags: