Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah pada Kamis sore kembali tertekan ke posisi Rp11.650 per dolar AS seiring dengan masih khawatirnya pelaku pasar uang terhadap defisit neraca berjalan Indonesia.

Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Kamis sore melemah sebesar 245 poin menjadi Rp11.650 dibanding sebelumnya di posisi Rp11.405 per dolar AS.

Kepala Riset Monex Investindo Futures, Ariston Tjendra, di Jakarta, Kamis, mengatakan fluktuasi nilai tukar rupiah kembali berada dalam area negatif akibat kekhawatiran publik terhadap defisit neraca berjalan.

"Sepertinya aksi lepas dolar AS akan terus berlangsung pada pekan ini," kata dia.

Meski demikian, lanjut dia, Bank Indonesia terus melakukan intervensi agar nilai tukar domestik tidak tertekan lebih dalam lagi.

Pengamat pasar uang PT Platon Niaga Berjangka, Lukman Leong, menambahkan untuk janga pendek ini rupiah masih akan tertekan oleh faktor kekhawatiran di Suriah dan pengurangan stimulus keuangan The Fed.

Namun faktor dominan masih tetap dari internal yaitu inflasi dan defisit transaksi berjalan.

"Sedangkan untuk jangka menengah dan panjang, kami melihat kalau rupiah bisa menguat oleh meredanya tekanan inflasi yang sebelumnya disumbang oleh pengurangan subsidi bahan bakar minyak (BBM) dan Lebaran," kata dia.

Selain itu, menurut dia, defisit juga diperkirakan menyempit atau tergerus oleh berkurangnya permintaan terhadap impor minyak.

Sementara itu, kurs tengah Bank Indonesia pada hari Kamis ini mencatat mata uang rupiah melemah menjadi Rp11.125 dibanding sebelumnya di posisi Rp10.093 per dolar AS.