Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah pada Kamis pagi kembali terdepresiasi ke posisi Rp11.440 per dolar AS seiring dengan terus meningkatnya permintaan mata uang Amerika Serikat itu.

Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Kamis pagi bergerak melemah sebesar 35 poin menjadi Rp11.440 dibanding sebelumnya di posisi Rp11.405 per dolar AS.

Kepala Riset Monex Investindo Futures, Ariston Tjendra di Jakarta, Kamis mengatakan permintaan untuk dolar AS meningkat menjelang dirilisnya laporan kerja swasta AS yang diproyeksi menunjukkan pertumbuhan jumlah pekerja dan industri jasa.

"Kondisi itu menambahkan kemungkinan tapering stimulus keuangan the Fed pada 17-18 September mendatang, sehingga akan terjadi pengurangan pembelian obligasi oleh the Fed," katanya.

Ia menambahkan outlook untuk ekonomi AS dan kebijakan moneter akan memiliki dampak yang besar pada dolar AS untuk jangka menengah dan panjang.

"Pandangan kami masih tetap bahwa the Fed akan putuskan untuk mengurangi pembelian obligasi dalam dua pekan ke depan," katanya.

Pengamat pasar uang PT Platon Niaga Berjangka, Lukman Leong menambahkan ketidakpastian di Suriah kembali dimanfaatkan oleh investor lokal untuk membeli dolar AS dan melepas rupiah.

"Padahal kalau dicermati, posisi dolar AS terhadap mata uang dunia cukup beragam dan malah cenderung datar," tambahnya.

Ia memperkirakan untuk jangka pendek ini rupiah masih akan tertekan oleh faktor kekhawatiran di Suriah dan pengurangan stimulus keuangan Fed. Sementara dari dalam negeri, faktor internal yakni inflasi dan defisit transaksi berjalan juga mempengaruhi pergerakannya.