HTI kecam perhelatan Miss World di Indonesia
4 September 2013 16:01 WIB
Ilustrasi--Tolak Miss World Massa yang tergabung dalam Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) membawa poster ketika melakukan aksi menolak penyelenggaraan Miss World 2013 di Cibinong, Bogor, Jabar, Jum'at (30/8). (ANTARA FOTO/Arif Firmansyah)
Bengkulu (ANTARA News) - Hizbut Tahrir Indonesia daerah Bengkulu menggelar aksi penolakan kontes kecantikan "Miss World" digelar di Negara Indonesia.
"Kami menggelar aksi ini mengecam dan ingin kontes Miss World digagalkan perhelatannya yang rencananya akan digelar hingga tanggal 28 September," kata Ketua HTI daerah Bengkulu, Septri Widianto saat menggelar aksi di Pusat Kota Bengkulu, Provinsi Bengkulu, Rabu.
Menurut dia kontes kecantikan itu tidak sesuai dengan kultur rakyat Indonesia baik dari sisi agama maupun dari sisi adat istiadat.
"Negara kita adalah negara dengan 70 persen lebih menganut agama Islam, dan kontes kecantikan itu tidak sesuai dengan ajaran agama, selain itu juga bisa merusak moralitas bangsa karena kontes ini merupakan bikini kontes," kata Septri.
Dia memaparkan kontes kecantikan itu merendahkan harkat perempuan dan muatan kontes tersebut hanya menjual kemolekan tubuh perempuan.
Sementara itu, di tempat yang berdekatan dengan tempat HTI menggelar aksi, puluhan mahasiswi yang tergabung dalam organisasi Mahasiswa KAMMI Bengkulu menggelar aksi di tugu Simpang Lima Pusat Kota Bengkulu.
"Hari ini adalah International Hijab Solidarity Day, saat umat muslim dunia mengajak menutup aurat tetapi disaat yang berdekatan di Indonesia sendiri digelar kontes kecantikan `Miss World` yang notabene kontes dengan pakaian buka-bukaan," kata Koordinator Lapangan KAMMI Bengkulu, Deti Fitri.
Menurut dia kontes "Miss World" bertentangan dengan adat ketimuran yang mengajarkan norma-norma berpakaian.
"Cantik itu kemudian semacam dipaksakan dan digiring menjadi satu tafsir yang hanya dilihat dari tinggi badan, proporsionalnya lingkar pinggang, panjang kaki, bahkan ukuran dada," kata dia.
Oleh karena itu KAMMI Bengkulu, kata dia, menolak dengan tegas penyelenggaraan "Miss World" di Indonesia.
"Kami mendesak kepada penyelenggara untuk segera membatalkan acara tersebut demi terjaganya budaya Indonesia, mendesak kepada penyelenggara untuk segera menghentikan penyesatan opini mengenai tujuan kontes ini," kata Deti.
"Kami menggelar aksi ini mengecam dan ingin kontes Miss World digagalkan perhelatannya yang rencananya akan digelar hingga tanggal 28 September," kata Ketua HTI daerah Bengkulu, Septri Widianto saat menggelar aksi di Pusat Kota Bengkulu, Provinsi Bengkulu, Rabu.
Menurut dia kontes kecantikan itu tidak sesuai dengan kultur rakyat Indonesia baik dari sisi agama maupun dari sisi adat istiadat.
"Negara kita adalah negara dengan 70 persen lebih menganut agama Islam, dan kontes kecantikan itu tidak sesuai dengan ajaran agama, selain itu juga bisa merusak moralitas bangsa karena kontes ini merupakan bikini kontes," kata Septri.
Dia memaparkan kontes kecantikan itu merendahkan harkat perempuan dan muatan kontes tersebut hanya menjual kemolekan tubuh perempuan.
Sementara itu, di tempat yang berdekatan dengan tempat HTI menggelar aksi, puluhan mahasiswi yang tergabung dalam organisasi Mahasiswa KAMMI Bengkulu menggelar aksi di tugu Simpang Lima Pusat Kota Bengkulu.
"Hari ini adalah International Hijab Solidarity Day, saat umat muslim dunia mengajak menutup aurat tetapi disaat yang berdekatan di Indonesia sendiri digelar kontes kecantikan `Miss World` yang notabene kontes dengan pakaian buka-bukaan," kata Koordinator Lapangan KAMMI Bengkulu, Deti Fitri.
Menurut dia kontes "Miss World" bertentangan dengan adat ketimuran yang mengajarkan norma-norma berpakaian.
"Cantik itu kemudian semacam dipaksakan dan digiring menjadi satu tafsir yang hanya dilihat dari tinggi badan, proporsionalnya lingkar pinggang, panjang kaki, bahkan ukuran dada," kata dia.
Oleh karena itu KAMMI Bengkulu, kata dia, menolak dengan tegas penyelenggaraan "Miss World" di Indonesia.
"Kami mendesak kepada penyelenggara untuk segera membatalkan acara tersebut demi terjaganya budaya Indonesia, mendesak kepada penyelenggara untuk segera menghentikan penyesatan opini mengenai tujuan kontes ini," kata Deti.
Pewarta: Boyke LW
Editor: Desy Saputra
Copyright © ANTARA 2013
Tags: