Mayoritas penderita hepatitis C usia produktif
4 September 2013 05:18 WIB
Sejumlah warga menunggu obat usai melakukan pemeriksaan kesehatan saat pengobatan massal gratis dalam rangka memperingati Hari Kesehatan Nasional, di Karet Tengsin, Tanah Abang, Jakarta Pusat, Selasa (13/11). (FOTO ANTARA/Wahyu Putro A)
Jakarta (ANTARA News) - Presiden Perhimpunan Peneliti Hati Indonesia (PPHI), Rino Gani, menyatakan, penderita hepatitis C di Indonesia sebagian besar adalah golongan usia produktif atau kelompok usia di atas 15 tahun.
"Data Riset Kesehatan Dasar pada 2007 tercatat 2,05 persen dari total penduduk Indonesia yang usianya di atas 15 tahun, menderita hepatitis C," kata Gani, di RS Fatmawati, Jakarta Selatan, Selasa.
Dia jelaskan, 2,05 persen tersebut setara dengan tiga juta orang Indonesia dari kelompok usia produktif.
Tingginya penderita hepatitis C pada usia produktif, tentu akan mempengaruhi perekonomian negara, katanya.
"Oleh sebab itu, kami mentargetkan agar lima tahun mendatang angka ini bisa ditekan hingga mencapai 0,5 persen," kata Rino.
Lebih lanjut Rino menjelaskan bahwa hepatitis-C adalah penyakit yang menyerang fungsi hati dan banyak disebabkan akibat gaya hidup seperti konsumsi minuman keras.
Selain itu orang yang gemar ditato, tindik tubuh, harus transfusi darah berkala, bahkan pengguna jarum suntik lain seperti pemadat, merupakan kelompok yang berisiko tinggi menderita hepatitis-C, kata dia.
Penyakit hepatitis C memiliki peluang untuk disembuhkan hingga 95 persen dengan menggunakan anti-virus yang tepat dan mendapat perawatan serta pengobatan yang tepat pula.
"Namun sangat disayangkan, karena sebagian besar penderita hepatitis tidak menyadari bahwa mereka menderita penyakit ini," kata dia. Hal itu disebabkan karena hepatitis tidak memiliki gejala yang spesifik pada stadium awal penyakit ini diderita.
Ada pun gejala seperti mudah lelah, mual, sakit perut, dan lemas, adalah gejala umum yang tidak spesifik mengacu pada hepatitis.
"Kalau gejala seperti kulit dan mata kuning, hingga mencapai infeksi hati, sirosis bahkan kanker hati, itu biasanya terlihat bila hepatits sudah akut," kata dia.
"Data Riset Kesehatan Dasar pada 2007 tercatat 2,05 persen dari total penduduk Indonesia yang usianya di atas 15 tahun, menderita hepatitis C," kata Gani, di RS Fatmawati, Jakarta Selatan, Selasa.
Dia jelaskan, 2,05 persen tersebut setara dengan tiga juta orang Indonesia dari kelompok usia produktif.
Tingginya penderita hepatitis C pada usia produktif, tentu akan mempengaruhi perekonomian negara, katanya.
"Oleh sebab itu, kami mentargetkan agar lima tahun mendatang angka ini bisa ditekan hingga mencapai 0,5 persen," kata Rino.
Lebih lanjut Rino menjelaskan bahwa hepatitis-C adalah penyakit yang menyerang fungsi hati dan banyak disebabkan akibat gaya hidup seperti konsumsi minuman keras.
Selain itu orang yang gemar ditato, tindik tubuh, harus transfusi darah berkala, bahkan pengguna jarum suntik lain seperti pemadat, merupakan kelompok yang berisiko tinggi menderita hepatitis-C, kata dia.
Penyakit hepatitis C memiliki peluang untuk disembuhkan hingga 95 persen dengan menggunakan anti-virus yang tepat dan mendapat perawatan serta pengobatan yang tepat pula.
"Namun sangat disayangkan, karena sebagian besar penderita hepatitis tidak menyadari bahwa mereka menderita penyakit ini," kata dia. Hal itu disebabkan karena hepatitis tidak memiliki gejala yang spesifik pada stadium awal penyakit ini diderita.
Ada pun gejala seperti mudah lelah, mual, sakit perut, dan lemas, adalah gejala umum yang tidak spesifik mengacu pada hepatitis.
"Kalau gejala seperti kulit dan mata kuning, hingga mencapai infeksi hati, sirosis bahkan kanker hati, itu biasanya terlihat bila hepatits sudah akut," kata dia.
Pewarta: Maria Rosari
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2013
Tags: