Palangka Raya (ANTARA) - Anggota DPR RI dari Daerah Pemilihan (Dapil) Kalimantan Tengah Agustiar Sabran mengatakan bahwa masyarakat mari melakukan gerakan bercocok tanam di daerahnya, untuk menekan inflasi yang selama ini sering terjadi.

"Bercocok tanam cabai rawit, buah terong atau sayur mayur tentunya dapat meningkatkan ketahanan pangan keluarga sehingga inflasi di daerah dapat di tekan," kata Agustiar Sabran di Palangka Raya, Senin.

Agustiar Sabran yang juga Ketua Dewan Adat Dayak (DAD) Kalteng tersebut juga menuturkan, apabila hal tersebut dilakukan di setiap rumah tangga tentunya masyarakat tidak akan panik dengan sejumlah komoditas sayur yang sering naik apabila menjelang hari keagamaan.

Baca juga: Pj Wali Kota Malang instruksikan TPID lakukan intervensi pasar

Misalnya hari keagamaan Hari Raya Idul Fitri, Natal, tahun baru dan Imlek yang sebentar lagi akan dirayakan umat Tionghoa di Kalteng.

"Ya setidaknya itu juga cukup membantu, maka dari itu hal tersebut kita gaungkan agar masyarakat melaksanakan itu dengan memanfaatkan pekarangan rumahnya yang bisa digarap," ucapnya.

Sementara itu, Pemerintah Provinsi Kalteng dan pemerintah kota dan kabupaten di daerah setempat juga menggencarkan pasar penyeimbang atau operasi pasar murah.

Operasi pasar murah dan pasar penyeimbang tersebut dilaksanakan, apabila sejumlah komoditas di Kalteng ataupun kabupaten/kota mengalami kenaikan harga.

Baca juga: Airlangga: Indonesia sebagai salah satu negara dengan inflasi rendah

"Maka pasar penyeimbang dan operasi pasar yang diselenggarakan sangat membantu masyarakat dan menjaga daya beli di daerah setempat tetap terjaga. Bahkan paket sembako yang disediakan oleh pemkab/pemkot melalui instansi terkaitnya, sama dengan harga distributor," beber Agustiar Sabran.

Kakak kandung Gubernur Kalteng Sugianto Sabran itu juga mengingatkan kepada seluruh pemerintah di wilayah Kalteng agar mewaspadai adanya kenaikan harga bahan pangan jelang hari keagamaan serta akibat faktor cuaca yang melanda di daerah setempat.

Sebab, ada daerah yang menjual bahan pangannya di harga yang cukup tinggi sebab adanya gangguan angkutan bahan pangan tersebut karena ruas jalannya terendam banjir akibat luapan air sungai di daerah setempat.

"Semoga saja kekhawatiran kita tersebut tidak akan terjadi, sehingga masyarakat kita nyaman beraktivitas dan harga bahan pangan kita tetap stabil meski ada hari-hari keagamaan," demikian Agustiar Sabran.

Baca juga: Rupiah awal pekan meningkat saat pasar nantikan rilis inflasi domestik