Obama mulai ragu serang Suriah?
3 September 2013 02:29 WIB
Presiden Amerika Serikat Barack Obama. Dia meminta persetujuan Kongres Amerika Serikat untuk menyerang secara terbatas kepada Suriah setelah ada dugaan pemerintahan Bashar al-Asaad memakai gas sarin membasmi sekitar 1.500 rakyatnya. (REUTERS/Mike Theiler)
Beirut/Washington (ANTARA News) - Suriah pada Senin, mengatakan, Presiden Amerika Serikat, Barack Obama, mulai ragu dan bingung setelah dia menunda rencana serangan militer sebagai respon dugaan penggunaan senjata kimia, di Damaskus pada bulan lalu, sampai ada persetujuan dari Kongres.
"Pernyataan Obama pada Minggu, secara langsung ataupun tidak langsung, telah menunjukkan dimulainya kemunduran Amerika Serikat," tulis surat kabar Al-Thawra, di halaman depan editorialnya.
Sementara itu Wakil Menteri Luar Negeri Faisal Mekkad mengatakan bahwa keputusan Obama "menunjukkan keraguan dan keputusasaan. Dan jelas ada kebingungan juga dalam pernyataan itu."
Obama, pada Sabtu, mengatakan, dia akan menunggu pengesahan Kongres untuk aksi militer ke Suriah. Upaya tersebut diperkirakan memakan waktu selama sembilan hari.
Pemerintah Obama memulai lobi untuk meraih suara Kongres, pada Senin, dan harus menghadapi pertanyaan sulit dari anggota legislatif Partai Demokrat dan Partai Republik.
Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, John Kerry, dalam upayanya meraih suara Kongres, mengingatkan kejahatan kriminal yang dilakukan Adolf Hitler, Saddam Hussein, dan potensi ancaman terhadap Israel serta Iran.
"Saat ini, semuanya berada di tangan Kongres, mereka akan memutuskan apa yang tepat karena mereka mengerti apa yang dipertaruhkan," kata Kerry, kepada stasiun televisi CNN.
Di sisi lain, anggota Kongres mempertanyakan sejumlah isu penting, di antaranya efektivitas serangan terbatas, kemungkinan meluasnya konflik di Timur Tengah jika aksi militer dilakukan, serta tidak adanya dukungan internasional terhadap rencana intervensi.
Banyak anggota Kongres dari Partai Demokrat dan Republik keberatan mengenai rencana intervensi perang saudara yang telah menewaskan lebih dari 100.000 orang dalam dua setengah tahun. Mereka juga masih dalam masa reses sampai 9 September.
"Presiden mengatakan dia berencana melakukan serangan terbatas. Hal itu sebetulnya tidak memerlukan persetujuan Kongres," kata Senator Tom Harkin dari Partai Demokrat.
Sementara itu di Damaskus, reaksi warga Suriah beragam mengenai penundaan serangan militer Amerika Serikat. Ada beberapa orang yang lega, kecewa, sementara yang lainnya mengejek keputusan Obama.
"Harus saya akui, pagi ini adalah untuk pertama kalinya saya dapat tidur dengan tenang," kata seorang pembantu rumah tangga Nawal di Damaskus.
Toko-toko roti di Damaskus telah dibuka kembali dan anggota pasukan keamanan nampak santai, menikmati teh sambil berbincang di depan gedung-gedung pemerintah.
Beberapa pengamat mengkhawatirkan tindakan Obama menunda serangan ke Suriah dapat menimbulkan dampak besar bagi kestabilan kawasan. Iran diperkirakan akan dengan bebas mengembangkan senjata nuklir dan memicu Israel bertindak secara sepihak.
"Jika Obama sudah ragu bertindak soal Suriah, maka bisa dipastikan hal sama terjadi jika Iran mengembangkan senjata nuklir. Dan itu akan memicu Israel bertindak sepihak menyerang musuh politik wilayahnya," kata Radio Tentara Israel.
"Pernyataan Obama pada Minggu, secara langsung ataupun tidak langsung, telah menunjukkan dimulainya kemunduran Amerika Serikat," tulis surat kabar Al-Thawra, di halaman depan editorialnya.
Sementara itu Wakil Menteri Luar Negeri Faisal Mekkad mengatakan bahwa keputusan Obama "menunjukkan keraguan dan keputusasaan. Dan jelas ada kebingungan juga dalam pernyataan itu."
Obama, pada Sabtu, mengatakan, dia akan menunggu pengesahan Kongres untuk aksi militer ke Suriah. Upaya tersebut diperkirakan memakan waktu selama sembilan hari.
Pemerintah Obama memulai lobi untuk meraih suara Kongres, pada Senin, dan harus menghadapi pertanyaan sulit dari anggota legislatif Partai Demokrat dan Partai Republik.
Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, John Kerry, dalam upayanya meraih suara Kongres, mengingatkan kejahatan kriminal yang dilakukan Adolf Hitler, Saddam Hussein, dan potensi ancaman terhadap Israel serta Iran.
"Saat ini, semuanya berada di tangan Kongres, mereka akan memutuskan apa yang tepat karena mereka mengerti apa yang dipertaruhkan," kata Kerry, kepada stasiun televisi CNN.
Di sisi lain, anggota Kongres mempertanyakan sejumlah isu penting, di antaranya efektivitas serangan terbatas, kemungkinan meluasnya konflik di Timur Tengah jika aksi militer dilakukan, serta tidak adanya dukungan internasional terhadap rencana intervensi.
Banyak anggota Kongres dari Partai Demokrat dan Republik keberatan mengenai rencana intervensi perang saudara yang telah menewaskan lebih dari 100.000 orang dalam dua setengah tahun. Mereka juga masih dalam masa reses sampai 9 September.
"Presiden mengatakan dia berencana melakukan serangan terbatas. Hal itu sebetulnya tidak memerlukan persetujuan Kongres," kata Senator Tom Harkin dari Partai Demokrat.
Sementara itu di Damaskus, reaksi warga Suriah beragam mengenai penundaan serangan militer Amerika Serikat. Ada beberapa orang yang lega, kecewa, sementara yang lainnya mengejek keputusan Obama.
"Harus saya akui, pagi ini adalah untuk pertama kalinya saya dapat tidur dengan tenang," kata seorang pembantu rumah tangga Nawal di Damaskus.
Toko-toko roti di Damaskus telah dibuka kembali dan anggota pasukan keamanan nampak santai, menikmati teh sambil berbincang di depan gedung-gedung pemerintah.
Beberapa pengamat mengkhawatirkan tindakan Obama menunda serangan ke Suriah dapat menimbulkan dampak besar bagi kestabilan kawasan. Iran diperkirakan akan dengan bebas mengembangkan senjata nuklir dan memicu Israel bertindak secara sepihak.
"Jika Obama sudah ragu bertindak soal Suriah, maka bisa dipastikan hal sama terjadi jika Iran mengembangkan senjata nuklir. Dan itu akan memicu Israel bertindak sepihak menyerang musuh politik wilayahnya," kata Radio Tentara Israel.
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2013
Tags: